. .
Minggu, 08 Desember 2013
Apakah anda seorang pengusaha dan
sedang mencari tempat yang cocok untuk bisnis anda? Mungkin ini jawabannya...
Dijual murah dan cepat, sebidang
tanah berukuran 7 x 38, isi 280 meter persegi di NAGARI SARILAMAK, PAYAKUMBUH,
SUMATERA BARAT. Lokasi strategis, cocok bagi anda yang ingin berwirausaha. Memiliki
sertifikat. Anda berminat???
hubungi 085274770538(tanpa perantara)
Senin, 14 Oktober 2013
kalkulus dalam alquran
Kalkulus dalam al-Quran
Kalkulus merupakan bagian dari matematika,
bagaimanakah Islam memandang ilmu matematika, dalam al-Quran disebut dalam
surar al-Furqon ayat 2 yang Artinya : “Yang memiliki kerajaan langit dan
bumi, dan Dia tidak mempunyai anak dan tidak ada sekutu bagi-Nya dalam
kekuasaan(-Nya), Dia menciptakan segala sesuatu, lalu menetapkan
ukuran-ukurannya dengan tepat”.
Pada ayat di atas jelas sekali bahwa Allah menciptakan
alam semesta ini dengan ukurannya, dan kita bisa mengetahui kebenaran al-Quran
tersebut dengan mempelajari ilmu sains kita bisa tahu kalau ternyata alam
semesta ini begitu teratur. Kita bisa tahu berapa gravitasi bumi, apa saja
unsur-unsur yang terkandung dalam alam semesta, bagaimana sifat-sifatnya dan
sebagainya.
Dalam hal ini ilmu sains saling melengkapi ilmu fisika
menyebut teori tentang gravitasi misalnya, dan ilmu matematika yang memberikan
cara untuk menyelasaikan teori tersebut. Tentu saja apapun gejala yang terjadi
di alam kita bisa gali dengan sains dan hal tersebut sudah termaktub dalam
al-Quran 14 abad yang lalu dimana manusia belum bisa membuktikannya. Jadi
dengan sains umumnya dan kalkulus khususnya kita bisa mengetahui kebesaran
Allah yang sudah termaktub dalam al-Quran dan Insya Allah bisa menambah
keimanan kita amin.
Selasa, 29 Januari 2013
Proposal mp3m
PROPOSAL
URGENSI
KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI
Diajukan
Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
Oleh:
Dinillah
Karisma
2414.019
Dosen pembimbing
Imamuddin, M.Pd
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI AGAMA
ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL
DJAMBEK BUKITTINGGI
2013
KATA
PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “URGENSI KEMAMPUAN
KOMUNIKASI VERBAL TERHADAP PEMBELAJARAN GEOMETRI”. Proposal ini disusun untuk
memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Metodologi Penelitian
Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.
Dalam pelaksanaan penyusunan
proposal ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1. Ibunda dan
Ayahanda tercinta yang telah membantu penulis dengan Do’a dan motivasinya dalam
berbagai hal.
2. Bapak
Imamuddin,M.Pd selaku Dosen Pembimbing sekaligus Dosen pada mata kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.
3. Rekan-rekan
yang senasib dan seperjuangan yang telah memberikan bantuan, masukan, kritikan
dan saran-saran.
Semoga arahan, motivasi, dan bantuan
yang telah diberikan menjadi amal ibadah bagi Ibunda, Ayahanda, Bapak, dan
rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
proposal atau tulisan penulis berikutnya. Semoga proposal ini bermanfaat bagi
pembaca serta dapat
dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya
pendidikan matematika.
Bukittinggi,
Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 6
C. Batasan Masalah ..................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 9
F. Defenisi Operasional................................................................................. 7
G. Kegunaan Penelitian ................................................................................ 8
BAB II : KAJIAN TEORI
A.
Pembelajaran
Matematika ........................................................................ 9
C. Geometri.................................................................................................. 12
D. Lingkaran ................................................................................................ 12
E. Komunikasi
Verbal................................................................................... 12
F.
Respon Siswa
.......................................................................................... 13
G. Hasil Belajar............................................................................................. 14
H. Urgensi
Komunikasi Verbal..................................................................... 14
I.
Hipotesis................................................................................................... 15
BAB III : METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian......................................................................................... 16
B. Rancangan
Penelitian............................................................................... 16
C. Populasi dan
Sampel................................................................................ 17
D. Variabel dan
Data.................................................................................... 22
E. Prosedur
Penelitian................................................................................... 23
F.
Instrument
penelitian............................................................................... 26
G. Teknik
Analisis Data................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA
Bab I
Pendahuluan
A.
Latar
Belakang
Segala sesuatu yang ada di bumi ini adalah sumber pelajaran bagi manusia.
Dalam alquran dinyatakan bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang
tidak mengenali atau tidak menaruh kepedulian akan ayat atau tanda-tanda
kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta, ciptaanNya. Sebaliknya ciri yang
menonjol pada orang yang beriman adalah memahami tanda-tanda bukti dan
kekuasaan sang Pencipta. Yang menyadari bahwa semua yang di ciptakan Allah
tidak sia-sia dan mampu memahami kesemprnaan ciptaan Sllah di setiap sudut
langit dan bumi seisinya. Pemahaman ini jugalah yang bisa menghantarkan seorang
ciptaan pada penyerahan diri, ketundukan dan rasa takut pada Illahi. Itulah
orang-orang yang berakal, yaitu:
190. Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat
tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha
Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (al-Imran; 190-191)
Sebagaimana kita lihat
dalam ayat-ayat ini, kaum berakal melihat tanda kebesaran Allah dan berusaha
memahami ilmu, kekuasaan, dan kreasi seni-Nya yang tak terhingga ini dengan mengingat
dan merenungkan hal-hal tersebut, sebab ilmu Allah tak terbatas dan ciptaan-Nya
sempurna tanpa cacat.
Bagi orang yang berakal, segala sesuatu di sekeliling mereka adalah tanda penciptaan.
“Sesungguhnya, Allah
tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu.
Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari
Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud Allah
menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang
disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang
diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang
yang fasik.” (QS. Al Baqarah: 26)
Allah telah menciptakan beragam ciptaan yang tak
terhitung jumlahnya untuk direnungkan. Segala sesuatu yang kita saksikan dan
rasakan di langit, di bumi dan segala sesuatu di antara keduanya adalah perwujudan
dari kesempurnaan penciptaan oleh Allah, dan oleh karenanya menjadi bahan yang
patut untuk direnungkan. Dan begitu lengkapnya cangkupan ilmu yang di sebutkan
dalam alquran, salah satunya adalah ilmu matematika, yang akan peneliti bahas
pada kali ini.
Dalam alquran Allah sering menyebutkan hal-hal
terkait dengan matematika. Mulai dari pecahan, hitungan, pembagian dan
lain-lain. Salah satunya dalam surat al-Qamar ayat 49;
Yang
artinya: Sesungguhnya
Kami
menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.
Dari ayat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa
semua yang ada di langit dan di bumi, semua ciptaan Allah dalam proses
penciptaanNya penuh perhitungan dan memiliki ukurannya masing-masing, sangat
matematis. Semakin terasa begitu indahnya matematika.
Sejatinya matematika bukan hanya pelajaran yang di
pelajari di sekolah atau perguruan tinggi saja tapi juga ilmu yang sangat
penting dalam menjalani kehidupan.
Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat
penting dalam kehidupan manusia. Dewasa ini matematika menjadi pelajaran yang
dianggap penting, tiap-tiap sekolah di negera manapun itu, pasti ada pelajaran matematikanya.
Matematika
merupakan ibu atau ratunya ilmu.[1] Menurut
Hamzah matematika adalah sebagai suatu bidang
ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai
persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan
konstruksi, generalisaasi dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang
antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan analisis.[2]
Geometri adalah cabang matematika yang akan peneliti
jadikan objek kajiannya, khususnya lingkaran. Jika di kembalikan lagi pada
alquran surat alqamar ayat 49 diatas, ayat tersebut sudah menyinggung masalah
geometri. Yaitu tentang ukuran, dimana semua ciptaan Allah merupakan geometri
yang sudah memiliki ukurannya masing-masing.
Pada kenyataannya, geometri sudah di
pelajari siswa sejak di sekolah dasar, memang belum terlalu berat sesuai dengan
tingkatan kognitif siswa. Tapi banyaknya siswa yang mengeluhkan tentang
pelajaran matematika, khususnya geometri adalah pelajaran yang sulit di pahami.
Apalagi rumus-rumus geometri sangat banyak, dan saling terkait. Ketidak pahaman
siswa pada satu bahasan akan berdampak pada bahasan berikutnya. Misalnya siswa
tidak paham tentang cara mencari luas lingkaran, ini akan berdampak juga dengan
cara mencari luas tabung. Begitu juga bahasan lainnya.
Alquran
juga ada menyinggung tentang lingkaran;
“Dan
Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan.
Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al
Anbiya:33)
Dari lima orang siswa yang peneliti
tanyakan tentang kesulitan dalam memahami pelajaran matematika, semuanya
bermasalah dengan cara guru menerangkan. Misalnya, saat siswa tidak memahami
cara mengerjakan soal, dan siswa menenyakannya pada guru, guru tersebut memeang
memberikan penjelasan namun siswa sering tidak paham dengan yang di jelaskan
guru tersebut. Jika hal ini terus berlanjut, maka tidaklah heran jika akhirnya
sangat banyak siswa yang berpikir matematika sebagai pelajaran yang menakutkan.
Pola pikir siswa yang seperti itu tidak bisa di abaikan saja, karena ini sangat
berpengaruh pada kegiatan dan hasil belajar siswa. Jika seharusnya siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran, namun karena pola pikirnya sudah
tidak tertarik lagi dengan pelajaran yang sedang berlangsung tentu tujuan
pelajaran tidak akan tercapai lagi.
Sekalipun dewasa ini, sangat banyak
strategi atau pun model pembelajaran yang di pilih sebagai alternatif dalam
menyelesaikan permasalah tersebut, misalnya tutor sebaya atau kooperatif dan
sebagainya, namun guru tetaplah jadi sorotan dan panutan utama seorang siswa.
Pandangan siswa terhadap gurunya ini juga mempengaruhi semangat siswa dalam
memahami pelajaran. Karena itu seorang guru harus memahami fakta ini. Jadi
semua yang ada pada guru akan jadi salah satu penentu dalam proses
pembelajaran. Karena walau bagaimana pun kompetensi ilmu matematika yang di
miliki guru jika tidak di dukung dengan kemampuan verbal dalam menyampaikan
materi maka materi tersebut tidak akan sampai pada siswa.
Untuk
itu, guru haruslah memperhatikan cara penyampaiannya atau kemampuan komunikasi
verbalnya dalam proses pembelajaran geometri agar lebih mudah di pahami siswa, khususnya
materi lingkaran.
Dari
uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Urgensi Kemampuan Komunikasi Verbal Terhadap
Pembelajaran Geometri”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah
dari penelitian
ini adalah :
a.
Pembelajaran
yang dilakukan masih terpusat pada guru
b.
Pola pikir siswa terhadap matematika
c.
Pentingnya kemampuan verbal guru
d.
Aktifitas,
respon,
hasil belajar siswa dalam
pembelajaran di pengaruhi kemampuan verbal guru
C.
Batasan
Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka
penelitian ini di batasi pada pentingnya kemampuan verbal guru dalam
pembelajara geometr. Karena bahsan geomeri sangat banyak maka peneliti mengkhususkan
pada materi lingkaran dan dampaknya terhadap belajar siswa.
D. Rumusan
Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka
rumusan masalah penelitian ini adalah :
1. Bagaimana
hasil belajar siswa dalam materi lingkaran?
2. Bagaimana
cara guru memberi penjelasan terhadap siswa terkait materi lingkaran?
3. Bagaimana
respon siswa terhadap penjelasan terhadap siswa terkait materi lingkara?.
E.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk
mengetahui hasil belajar siswa dalam materi lingkaran.
2. Untuk
mengetahui cara guru memberi penjelasan terhadap siswa terkait materi
lingkaran.
3. Untuk
mengetahui respon siswa terhadap penjelasan yang di berikan guru.
F.
Definisi
Operasional
1. Matematika
merupakan suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat
untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan
intuisi, analisis dan konstruksi, generalisaasi dan individualitas, serta
mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan analisis
2. Geometri
adalah cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat, garis, sudut, bidang,
dan ruang. Geometri juga merupakan ilmu ukur.
3. Lingkaran
adalah garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari
titik pusat.
4. Komunikasi
merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau
lebih sehingga pesan yang di maksud dapat di pahami.
5. Komunikasi
verbal adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan secara lisan yang
di sampaikanoleh penyampai pesan ditujukan pada penerima pesan..
6. Respon
yang di maksud adalah tanggapan siswa terhadap penjelsan yang disampaikan guru
terkait materi lingkaran.
7. Hasil
belajar yang di maksudkan adalah bagaimana pemahaman siswa yang belajar dengan
guru yang memiliki kompetensi komunikasi verbal yag bagus.
G. Kegunaan
Penelitian
1.
Bagi siswa.
a.
Dengan adanya perhatian yang lebih dari
guru akan pentingnya kemampuan komunikasi verbal dalam menyampaikan materi
lingkaran, siswa akan lebih menikmati kegiatan pembelajaran geometri.
2.
Membantu siswa menghilangkan persepsinya
yang buruk saat belajar matematika
Bagi Guru.
a.
Guru lebih memahami dirinya dan siswanya
dalam menjalin komunikasi.
b.
Sebagai
bekal pengetahuan dan pengalaman bagi guru dalam upaya meningkatkan motivasi
dan aktifitas siswa dalam belajar matematika.
3.
Bagi Peneliti.
Mendapat pengalaman dan bekal bagi
penulis sebagai calon guru matematika di masa yang akan datang.
Bab
II
Kajian
Teori
A.
Pembelajaran
Matematika
1.
Belajar
dan pembelajaran Matematika
Belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan.[3]
Selain itu belajar juga didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkahlaku yang
relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh
obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta
mampu mengkomunikasikannya pada orang lain.[4]
Juga diartikan sebagai perubahan tingkahlaku atau penampilan dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain
sebagainya.[5]
Menurut Ngalim Purwanto ada beberapa elemen penting yang mencirikan
pengertian belajar, yaitu :
a.
Belajar
merupakan suatu perubahan dalam tingkahlaku.
b.
Belajar
merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.
c.
Untuk
dapat dikatakan belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap.
d.
Tingkahlaku
yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian,
baik fisik maupun psikis.[6]
Dari beberapa
pengertian belajar di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu
perubahan tingkah laku dalam berbagai aspek kepribadian (fisik dan psikis)
melalui latihan dan pengalaman dan perubahan itu relatif positif.
Secara etimologi, matematika merupakan sebuah ilmu
pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini bukan berarti ilmu lain
diperoleh tidak melalui nalar, akan tetapi matematika menekankan aktifitas
dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan ilmu lain menekankan pada hasil
observasi atau eksperimen di samping penalaran. Matematika terbentuk dari
pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai
aktifitas manusia kemudian pengalaman itu di proses dalam dunia rasio, diolah
secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif,
sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.
James
dalam Erman Suherman mengatakan bahwa : ”Matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama
lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu
aljabar,analisis dan geometri”.[7]
2.
Tujuan
pembelajaran Matematika
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan atau diinginkan
dari belajar, sehingga memberikan arah kemana kegiatan belajar mengajar itu
harus di bawa dan dilaksanakan. Tujuan utama pertama, pembelajaran matematika
pada jenjang pendidikan dan menenggah adalah memberikan penekanan pada nalar
dan pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah memberikan penekanan pada
keterampilan dalam penalaran matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari
maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan yang lainnya. Adapun tujuan
khusus pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah terbagi
dua bagian besar, pertama tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dan kedua tujuan
pengajaran matematika di SMP. Sedangkan tujuan khusus pengajaran matematika di
SMU secara tersendiri dimuat di dalam kurikulum pendidikan menengah.
Perlu
diketahui, tujuan umum matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah
merupakan tujuan yang paling umum. Sedangkan tujuan yang lebih khusus yang
merupakan tujuan pembelajaran matematika di SD, SMP dan SMU. Semua tujuan
tersebut bersifat dinamis dan cukup luwes sesuai dengan tuntutan yang mungkin
muncul. Namun demikian secara umum setiap tujuan tersebut penjabarannya tetap
mengacu pada
materi matematika itu sendiri.
Jadi
tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya
merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran
matematika tersebut. Karenanya sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut
dianggap tercapai bila siswa telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan
di bidang matematika yang dipelajari.[8]
B. Geometri
Sejatinya geometri
bukanlah kata asing lagi bagi semua orang, karena dalam kehidupan dan di
sekeliling kita sangat banyak benda yang berhubungan dengan geometri. Kurang memahami dan tidak peduli
itulah yang mengabaikan geometri yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi
semua orang.
Geometri
merupakan cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat, garis, sudut, bidang,
dan ruang. Sebagaimana yang di kemukakan oleh James bahwa matematika adalah ilmu
tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang
berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam
tiga bidang, yaitu aljabar,analisis dan geometri”.[9]
C. Lingkaran
Lingkaran
merupakan salah satu materi yang terdapat dalam pelajaran geometri. Menurut KBBI
lingkaran adalah garis melengkung yang bertemu pada jarak yang sama dari titik
pusat.
Sejatinya
lingkaran bukanlah pelajaran yang sulit untuk di pelajari jika hanya sebatas
mencari luasnya saja, yang lebih sulit di pahami adalah jika tingkatan bahasannya
naik, misalnya garins singgung dalam dan luar lingkaran.
D. Komunikasi Verbal
Komunikasi
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengiriman dan penerimaan pesan
antara dua orang atau lebih sehingga
pesan yang di maksud dapat di pahami.
Beberapa
pengertian komunikasi:
1. Komunikasi
adalah hubungan kontak antar dan antara manusia, baik individu ataupun
kelompok.[10]
2. Menurut
Edward Depari; komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan
yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh
penyampai pesan di tujukan untuk penerima pesan.[11]
Sedang
verbal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah secara lisan. (bukan
tertulis).
E. Respon Siswa
Hereditas dan
lingkungan hanyalah merupakan dua segi utama dari proses belajar. Segi lain
yang juga penting adalah respon atau tanggapan siswa. Para siswa memberikan
respon terhadap suatu perangsang dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan.[12]
Kekuatan ini sebagian berasal dari kondisi-kondisi jasmaniah, sebagian lagi
berasal dari pengamatan dan motivasi.
Respon adalah proses pengorganisasian rangsangan.
Rangsangan proksimal diorganisasikan
sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang proksimal
itu. Proses inilah yang disebut respon.[13]
Proses pengorganisasian rangsangan maksudnya rangsangan yang terjadi diluar
diri seseorang, rangsangan tersebut dapat berupa kejadian sehingga seseorang
dapat mengelompokkan atau menyimpulkan kejadian yang telah terjadi.
Menurut Willis
konsekuensi dari modus(“modus”, cara) respon akan mempengaruhi persepsi orang
lain terhadap individu tersebut dan pada gilirannya akan mempengaruhi interaksi
sosial antar individu.[14]
Maksudnya respon yang negatif dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap
individu dan sosial. Sebaliknya respon yang positif dapat memberikan pengaruh
yang positif pula.
Respon siswa yang peneliti maksud adalah
bagaimana siswa menanggapi dan menyikapi pelajaran saat pelajaran sedang
berlangsung.
F.
Hasil
Belajar
Pada prosesnya, penilaian di lakukan
saat pelajaran berlangsug dan setelah pelajaran. Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan
kegiatan pembelajaran dan
merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang telah dipelajari.
Jadi secara teorinya aktifitas belajar siswa akan mengalami perubahan dalam
belajar jika guru yang mengajar menyadari betapa urgensinya kemampuan
komunikasi verbal dalam mengajarkan pelajaran lingkaran.
G.
Urgensi
Kemampuan Komunikasi Verbal
Menurut Kamus
besar bahasa indonesia pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang
menjadikan orang atau mahluk hidup belajar.
Pembelajaran hakikatnya adalah
sebuah proses komunikasi, dimana, guru berperan sebagai penghantar pesan dan
siswa sebagai pesan. Pesan yang dikirim oleh guru isi pelajaran yang di
tuangkan ke dalam simbol-simbol komunikasibaik verbal maupun non verbal.
Kemampuan verbal guru dalam menyampaikan
materi haruslah diperhatikan. Kemampuan komunikasi verbal termasuk hal penting
dalam menyampaikan materi disamping materi
yang di sampaikan itu sendiri. Karena tingkat kognitif siswa juga tidak
sama, jadi guru juga harus bijaksana dalam menyampaikan materinya, sekalipun
memang sangat banyak metode, strategi dan model pembelajaran yang bisa di
gunakan saat ini.
H.
Hipotesis
Hipotesis
penelitian ini adalah siswa lebih pahama akan materi yang di ajarkan oleh guru
yang memiliki kemampuan verbal yang baik dan siswa juga akan lebih menikamati
suasana belajarnya.
Bab III
Metode Penelitian
A.
Jenis
Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan
ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sudjana (2005:19) megemukakan bahwa
“Eksperimen merupakan metode yang mengungkapkan hubungan antara dua variabel
atau lebih mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel lain”.
Berdasarkan
penelitian di atas maka penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan penilaian yang
digunakan asesmen portofolio sedangkan pada kelas kontrol penilaian tidak
menggunakan asesmen portofolio.
A.
Rancangan Penelitian
Rancangan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized
Control Group Only Design. Dalam rancangan ini subjek diambil dari populasi
tertentu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperiment dan
kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan tertentu dalam
jangka waktu tertentu, lalu kedua kelompok ini dikenai pengukuran yang sama.
Rancangan penelitian dideskripsikan seperti tabel di bawah ini:
Tabel 5: Rancangan
Penelitian
Kelompok
|
Treatment
|
Post
test
|
Eksperimen
Kontrol
|
X
-
|
T
T
|
Keterangan:
T = Tes Akhir penalaran mtematika siswa
X = Pendekatan Pembelajaran
CTL
B.
Populasi dan Sampel
1.
Populasi
Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang akan menjadi
perhatian.[15]
Populasi dalam rancangan penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN 2
Payakumbuh.
2.
Sampel
Sesuai
dengan masalah yang akan diteliti dan
rancangan penelitian yang digunakan, maka peneliti membutuhkan satu kelas
eksperimen dan satu kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah berikut:
a.
Mengumpulkan nilai matematika siswa
kelas X MAN 2 Payakumbuh, kemudian dihitung
rata-rata dan simpangan bakunya.
b.
Melakukan uji normalitas populasi
terhadap hasil tes penalaran matematika kelas X MAN 2
Payakumbuh yang bertujuan untuk mengetahui apakah populasi tersebut
berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis
yang diajukan adalah:
H0
= Populasi berdistribusi normal
H1
= Populasi berdistribusi tidak normal
Untuk
melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji Liliefort dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Data X1, X2, X3,
…, Xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil samapi yang
terbesar.
2)
Mencari skor baku dari skor mentah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana: S = Simpangan Baku
= Skor rata-rata
Xi = Skor
dari tiap soal
3)
Dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian hitung peluang F (Zi) = P (P ≤ Zi)
4)
Menghitung jumlah proposi skor baku yang
lebih baku ata sama Zi yang dinyatakan dengan S (Zi) dengan menggunakan rumus:
5)
Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi),
kemudian ditentukan nilai mutlaknya.
6)
Ambil harga mutlak yang terbesar dari
harga mutlak selisih itu diberi simbol L0. L0 = maks
7)
Bandingkan nilai L0 yang
diperoleh dengan nilai L0 yang ada pada tabel. Pada taraf 0,05 jika
L0 ≤ Ltabel maka H0 diterima. Dari hasil
analisis data pada taraf nyata α = 0,05 terlihat bahwa L0 < Ltabel
maka H0 diterima. Berarti data tersebut berasal dari populasi
berdistribusi normal.[16]
c.
Melakukan uji homogenitas varians dengan
menggunakan uji Bartlet. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah populasi
mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
Hipotesis
yang diajukan yaitu:
H0
= Populasi mempunyai varians yang sama
H1
= Populasi mempunyai varians yang tidak sama
Untuk
menentukan uji homogenitas ini dilakukan dengan beberapa langkah sebagai
berikut:
1)
Hitung k buah ragam contoh S1,
S2, …, Sk dari contoh-contoh berukuran n1, n2,
…, nk dengan
2)
Gabungkan semua ragam contoh sehingga
menghasilkan dugaan gabungan:
3)
Dari dugaan gabungan tentukan nilai
peubah acak yang mempunyai nilai sebaran Bartlet:
Dengan
kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika
b ≥ bk (a;n) berarti homogen
Jika
b < bk (a;n) berarti tidak homogen[17]
d.
Melakukan uji kesamaan rata-rata dengan
menggunakan analisis variansi. Uji ini menggunakan klasifikasi satu arah dengan
langkah sebagai berikut:
Langkah-langkah
untuk melihat kesamaan rata-rata populasi yaitu:
1)
Tuliskan hipotesis statistik yang
diajukan
H1:
sekurang-kurangnya dua rata-rata yang tidak sama
2)
Tentukan taraf nyatanya (α)
3)
Tentukan wilayah kritiknya dengan
menggunakan rumus:
4)
Tentukan perhitungan melalui tabel:
Tabel 7 : Data hasil tes penalaran
matematika siswa kelas populasi
Populasi
|
||||
1
|
2
|
K
|
||
X11
X12
…
X1n
|
X21
X22
…
X2n
|
Xk1
Xk2
…
Xkn
|
||
Total
|
T1
|
T2
|
Tk
|
T…
|
Nilai Tengah
|
1
|
2
|
k
|
…
|
Perhitungan
dengan menggunakan rumus:
Jumlah
Kuadrat Total (JKT) =
Jumlah
Kuadrat untuk nilai tengah Kolom (JKK) =
Jumlah
kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKK
Masukkan
data hasil perhitungan ke dalam tabel berikut:
Tabel 8 : Analisis Ragam Data Hasil
Belajar Siswa Kelas Populasi
Sumber
Keragaman
|
Jumlah kuadrat
|
Derajat bebas
|
Kuadrat tengah
|
|
Nilai tengah
kolom
|
JKK
|
k – 1
|
||
Galat
|
JKG
|
N – k
|
||
Total
|
JKT
|
N – 1
|
5)
Keputusannya:
Diterima
H0 jika
Ditolak
H0 jika
e.
Mengambil dua kelas secara acak, kelas
yang terambil pertama adalah kelas eksperimen dan kelas yang kedua sebagai
kelas kontrol.
C.
Variabel dan Data
1.
Variabel
Variabel dapat diartikan sebagai segala
sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.[19]
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a.
Kelas dengan guru yang kurang
mementingkan kemampuan komunikasi verbal sebagai variabel bebas (X).
b.
Hasil belajar siswa setelah guru lebih
memperhatikan urgensi komunikasi verbalnya dalam mengajar sebagai variabel
terikat (Y).
2.
Data
Jenis
data dalam penelitian ini adalah :
a.
Data primer, yaitu data hasil dari tes
pemahaman matematika siswa yang diperoleh setelah mengadakan eksperimen.
b.
Data sekunder, yaitu data tentang jumlah
siswa yang menjadi populasi dan sampel serta data hasil dari nilai matematika X MAN 2 Payakumbuh.
D.
Prosedur Penelitian
1.
Tahap persiapan
a.
Menetapkan tempat dan jadwal
penelitian.
b.
Menetapkan sampel penelitian dengan cara
random sampling yaitu setiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih jadi sampel
c.
Mempelajari materi lingkaran
d.
Memvalidasi soal yang akan
di berikan pada siswa
e.
Membuat kisi-kisi dan
mempersiapkan soal tes akhir uji pemahaman siswa terhadap pelajaran lingkaran
f.
Membuat kunci jawaban.
g.
Mempersiapkan instrument penelitian
berupa lembar observasi dan soal tes uraian
h.
Mempersiapkan observer.
2.
Tahap Pelaksanaan
Penelitian
menggunakan dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Langkah-langkah
pembelajaran pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 9 :
langkah-langkah Pembelajaran pada Kelas Sampel
Kelas Eksperimen
|
Kelas Kontrol
|
1
|
2
|
Pendahuluan
a.
Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari
proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
b.
Guru menjelaskan prosedur pembelajaran:
1)
Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
2)
Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok
1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional dan kelompok 3 dan 4
melakukan observasi ke pasar swalayan.
3)
Melalui observasi siswa di tugaskan untuk mencatat berbagai hal yang
di temukan di pasar-pasar tersebut.
c.
Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh
setiap siswa.
Kegiatan Inti
a. Guru mengajar
sesuai RPP dan silabus yang sudah di rancang.
b. guru
memberi penekanan di setiap bagian-bagian penting tentang materi.
c. siswa yang
tidak paham akan menanyakan bagian yang tidak di pahaminya.
d. guru
memberikan penjelasan atas pertanyaan siswa dan memancing respon siswa.
e. guru
memberikan soal yang berkaitan dengan yang di tanyakan siswa.
f. guru
memberikan tes yang sudah di siapkan peneliti
Penutup
a.
Dengan pengawasan guru siswa dapat menyelesaikan
jenis soal yang sama dengan tingkatan yang berbeda.
b.
Siswa dengan tingkatan kognitif
rendah pun bisa memahami dan semangat dalam mempelajari materi matematika
|
Pendahuluan
a.
Guru menyampaikan apersepsi
b.
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang akan dilakukan
siswa dalam proses pembelajaran serta memotivasi siswa untuk belajar.
Kegiatan Inti
a.
Guru menjelaskan materi awal dan mengajukan pertanyaan kepada siswa
untuk mengecek pemahamannya terhadap materi yang baru saja dijelaskan.
b.
Jika siswa masih tidak memahami materi, guru menerangkan kembali.
c.
Siswa mencatat penjelasan guru di buku catatannya
d.
Guru dan siswa membahas contoh soal.
e.
Siswa diminta mengerjakan latihan yang ada di buku pegangan siswa.
f.
Latihan yang telah dibuat lalu dikumpul.
Penutup
a.
Siswa di beri PR
|
3.
Tahap Penyelesaian
Guru memberikan tes uji pemahaman materi lingkaran kepada kelas
eksperimen dan kelas kontrol setelah pokok bahasan selesai dipelajari.
E.
Instrumen Penelitian
1.
Lembar Observasi
Lembar
observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan ciri-ciri
individu aktif dan nantinya akan divalidasi oleh tiga orang validator. Lembar
observasi ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa selama
belajar dan respon siswa terhadap materi yang di ajarkan.
Aktivitas
yang diamati dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10 : Aktivitas yang akan
diamati
No
|
Indikator
aktivitas
|
Aktivitas yang
diamati
|
1
|
Visual
activities
|
Bagaimana respon siswa selama pelajaran
berlangsung
|
2
|
Oral
activities
|
Bertanya
sewaktu pelajaran
|
Menjawab
pertanyaan
|
||
Mengeluarkan
pendapat
jika masih belum paham
|
||
3
|
Mental
activities
|
Menanggapi
sewaktu belajar
|
2.
Tes Pemahaman MatematikaBerdasarkan Hasil Belajar
Tes yang akan diujikan dalam tes akhir dibuat dalam bentuk essay
dan dibuat sendiri oleh peneliti. Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat
soal tes penalaran adalah sebagai berikut :
1.
Mempelajari kurikulum
2.
Membuat kisi-kisi soal
Kisi-kisi
soal tes disusun dalam bentuk tabel yang memuat tentang kompetensi dasar yang
ingin dicapai, indikator, rincian materi yang akan diujikan. Kisi-kisi soal
disusun agar mempermudah dalam pembuatan soal.
3.
Menyusun tes sesuai dengan kisi-kisi
soal yang telah dibuat.
Dalam
menyusun item tes, ada beberapa hal yang akan dilakukan, yaitu:
a.
Mempelajari dan memahami materi yang
akan diujikan.
b.
Mempelajari dan memahami teknik
pembuatan soal essay dan membahasakan gagasan soal yang telah dirancang sesuai
dengan kisi-kisi soal.
c.
Membuat kunci jawaban
4.
Melakukan validasi tes
Validasi
tes yang akan digunakan adalah validitas isi yaitu validitas tes yang
mempersoalkan apakah isi butir tes yang diujikan itu mencerminkan isi kurikulum
yang seharusnya diukur atau tidak.[20]
Jadi, untuk memvalidasi soal tes tersebut, peneliti akan meminta bantuan kepada
guru mata pelajaran dan dosen.
5.
Uji coba tes.
6.
Analisis soal tes
Untuk
mendapatkan soal tes yang baik, maka lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.
Validitas
Tes
Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument.
Instrument dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan melalui data
dan variabel yang diteliti secara sadar.[21]
Untuk
menentukan validitas tes essay dapat digunakan korelasi product moment yaitu:
Keterangan
= koofesien korelasi antara variabel X dan
variabel Y
= Jumlah testee
= jumlah perkalian antara skor item dan skor
total
= jumlah skor item
= jumlah skor total
Koefesien korelasi selalu terdapat antar
-1,00 sampai +1,00. Kriteria yang
digunakan untuk validitas yaitu:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00: sangat
tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat
rendah[22]
b.
Reliabilitas
soal tes
Reliabilitas
tes merupakan ukuran ketepatan alat penelitian dalam menunjukkan sesuatu yang
hendak diukur.
Untuk
menentukan reliabilitas soal digunakan rumus:
Keterangan:
= koefesien reliabilitas tes
= banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam
tes
Σ = jumlah varian skor dari tiap item
= varian total
Kriteria yang digunakan untuk
menentukan tingkat reliabilitas soal adalah:
1)
Jika 0,80 < ≤ 1,00 maka reliabilitas soal sangat tinggi
2)
Jika 0,60 < ≤ 0,80 maka reliabilitas soal tinggi
3)
Jika 0,40 < ≤ 0,60 maka reliabilitas soal sedang
4)
Jika 0,20 < ≤ 0,40 maka reliabilitas soal rendah
c.
Menghitung
indeks kesukaran soal
Indeks
kesukaran soal digunakan untuk melihat apakah soal tersebut rendah sedang, atau
sulit.
Cara
menentukan indeks kesukaran butir soal digunakan rumus:
Keterangan:
= indeks kesukaran tes
= banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh
kelompok tertinggi
= banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh
kelompok rendah
= skor setiap soal jika benar
= 27% dari peserta tes
Adapun
kriteria tingkat kesukaran berdasarkan indeks kesukaran adalah:
< 27% = sukar
27%
≤ ≤ 73% = sedang
73%
< = mudah[24]
d.
Menghitung
indeks pembeda
Indeks
pembeda soal adalah kemampuan suatu butir item soal untuk dapat membedakan testee yang berkemampuan tinggi dengan
yang berkemampuan rendah.
Cara
menentukan daya pembeda soal, digunakan rumus:
Keterangan:
= indeks pembeda soal
= Rata-rata skor dari kelompok tertinggi
= rata-rata skor dari kelompok rendah
Σ = jumlah kuadrat deviasi dari kelompok
tertinggi
Σ = jumlah kuadrat deviasi dari kelompok rendah
= 27% dari pengikut tes
Adapun
kriteria tingkat pembeda soal berdasarkan indeks pembeda adalah:
0,4
– 1 = Baik Sekali
0,3
– 0,39 = Baik
0,2
– 0.29 = Sedang
0
– 0,19 = Jelek[25]
e.
Klasifikasi
soal
Setelah
soal dianalisis, soal dapat diklasifikasikan menjadi soal yang dapat dipakai,
diperbaiki, atau diganti.
Klasifikasi
soal sebagai berikut:
1.
Soal dipakai jika signifikan dan 0% < ≤ 100%
2.
Soal diperbaiki jika:
signifikan dan = 0% atau = 100%
tidak signifikan dan 0% < ≤ 100%
G.
Teknik Analisa Data
1.
Lembar
observasi
Data
aktivitas yang diperoleh melalui lembar observasi menurut Anas Sudijono
dianalisis dengan menggunakan rumus persentase, yaitu:
P
= x 100%
Keterangan:
P
= Persentase aktivitas
F
= Frekuensi aktivitas yang dilakukan
N
= Jumlah siswa
Kriteria
penilaian aktivitas dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.
Jika persentase penilaian aktivitas
adalah 1% - 25% maka aktivitas tergolong sedikit tinggi.
b.
Jika persentase penilaian aktivitas
adalah 26% - 50% maka aktivitas tergolong sedikit.
c.
Jika persentase penilaian aktivitas
adalah 51% - 75% maka aktivitas tergolong banyak.
d.
Jika persentase penilaian aktivitas
adalah 76% - 100% maka aktivitas tergolong banyak sekali.[27]
Persentase
aktivitas belajar ini dipantau setiap kali pertemuan, sehingga dapat diketahui
bagaimana perkembangan pemahaman siswa terhadap pelajaran geometri materi
lingkaran.
2.
Tes
Hasil pena
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data sampel
berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji liliefort. Hipotesis
yang diajukan adalah:
H0
= Data berdistribusi normal
H1
= Data berdistribusi tidak normal
Untuk
melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji Liliefort dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1)
Data X1, X2, X3,
…, Xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil samapi yang
terbesar.
2)
Mencari skor baku dari skor mentah
dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana: S = Simpangan Baku
= Skor rata-rata
Xi = Skor
dari tiap soal
3)
Dengan menggunakan daftar distribusi
normal baku, kemudian hitung peluang F (Zi) = P (P ≤ Zi)
4)
Menghitung jumlah proposi skor baku yang
lebih baku ata sama Zi yang dinyatakan dengan S (Zi) dengan menggunakan rumus:
5)
Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi),
kemudian ditentukan nilai mutlaknya.
6)
Ambil harga mutlak yang terbesar dari
harga mutlak selisih itu diberi simbol L0. L0 = maks
7) Bandingkan
nilai L0 yang diperoleh dengan nilai L0 yang ada pada
tabel. Pada taraf 0,05 jika L0 ≤ Ltabel maka H0
diterima. Dari hasil analisis data pada taraf nyata α = 0,05 terlihat bahwa L0
< Ltabel maka H0 diterima. Berarti data tersebut
berasal dari populasi berdistribusi normal.[28]
b.
Uji
Homogenitas Variansi
Uji
homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua data sampel mempunyai variansi
yang homogen atau tidak.
Hipotesis
yang diajukan adalah:
H0
: , variansi kedua
data sampel homogen
H1
: , variansi kedua data
sampel tidak homogen
Dalam
hal ini yang akan diuji H0 : , dimana dan adalah simpangan baku dari masing-masing
kelompok sampel.
Rumus
yang digunakan untuk menguji hipotesis ini menurut sudjana adalah:
Keterangan:
= Variansi terbesar
= Variansi terkecil
= Perbandingan antara variansi terbesar
dengan variansi terkecil[29]
c.
Uji
Hipotesis
Setelah
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan uji
hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk melihat perbandingan tingkat penalaran
kedua kelas sampel.
Hipotesis
yang diajukan adalah:
H0
: , penalaran matematika
siswa kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.
H0
: , penalaran matematika siswa kelas eksperimen
lebih baik dari kelas kontrol.
Dimana
adalah tingkat penalaran kelas eksperimen dan adalah tingkat penalaran matematika kelas
kontrol.
Berdasarkan
uji normalitas dan uji homogenitas ada beberapa rumus untuk menguji hipotesis,
yaitu:
a. Apabila
data berdistribusi normal dan mempunyai variansi homogen, maka uji statistik yang
digunakan adalah dengan rumus:
dengan
Dimana:
= Nilai rata-rata kelas eksperimen
= Nilai rata-rata kelas kontrol
= variansi hasil belajar kelas eksperimen
= variansi hasil belajar kelas kontrol
= simpangan baku
= jumlah siswa kelas eksperimen
= jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria:
b. Jika
sampel berdistribusi normal dan kedua kelompok sampel tidak mempunyai variansi
homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah:
Kriteria
pengujinya adalah:
Tolak
hipotesis H0 jika
Terima
H0 jika
Dengan:
Daftar Kepustakaan
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara. 2008.
Fitri, Aidil. ” Stategi
Belajar Aktif Tipe The Power of Two Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X
MAN 1 Payakumbuh”. Bukitinggi: STAIN Bukittinggi.2012
Munandir, Willy,
Mangundiprojo. Komunikasi Lewat Satelit,
Edisi ketiga, (Bandung: Human Penemu Telekomunikasi)
Pidarta, Made. Landasan
Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 1997
Prawironegoro,Pratiknyo.
Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis
Soal Bidang Studi Matematika, Jakarta: C.V Fortuna.1985
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994.
Sadirman,. Interaksi dan
Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004
Sarwono, Sarlito
Wirawan. Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,.2008
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta. 1995.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan , Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada. 2005
Sudjana, Metode Statistik, Bandung : Tarsindo
Suherman, Erman dkk. Strategi
Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia. 2001
Suryabrata, Sumadi. Metodologi
Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004.
Thoha ,M. Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
Grafindo. 1996
Walpole, Ronal, E. Pengantar Statistika. Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka.1993.
Widjaya, A.W. Komunikasi . Jakarta: Bina Aksara. 1981
[1] Erman Suherman
dkk, Strategi Pembelajaran
Matematika Kontemporer, (Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), h.25
[2] Hamzah B. Uno, model pembelajaran menciptakan proses belajar
mengajar yang kreatif dan efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011 ) ,cet ke-VII,
h. 131
[4]Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1997), h.197
[6] Ngalim
Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:Remaja
Rosdakarya, 1994), h.84
[8] Proposal aidil
fitri, 2012, ” Stategi Belajar Aktif
Tipe The Power of Two Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X MAN 1
Payakumbuh”.
[11] Willy Munandir dan
Mangundiprojo, Komunikasi Lewat Satelit,
Edisi ketiga, (Bandung: Human Penemu Telekomunikasi) hal 8
[13] Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial.(Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada, 2008)hlm.87
[15] Ronal E. Walpole, Pengantar
statistika, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993), h.6
[17] Ronal E. Walpole, Pengantar
..., h.391
[18]Ronal E. Walpole, Pengantar
…, h.383
[20] M. Chabib Thoha, Teknik
Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 1996), h.111
[22] M. Chabib Thoha, Teknik…,
h.115
[23] Pratiknyo Prawironegoro, Evaluasi
Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi Matematika, (Jakarta: C.V
Fortuna, 1985), h.4
[25] Pratiknyo, Evaluasi …,
h.11
[26] Pratiknyo, Evaluasi …,
h.16
[28] Sudjana, Metode …, h.116
[29] Sudjana, Metode …, h.249
[30] Sudjana, Metode …, h.239
[31] Sudjana, Metode …, h.241
Langganan:
Postingan (Atom)