Waktu

Selasa, 29 Januari 2013

Proposal mp3m


PROPOSAL
URGENSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL DALAM PEMBELAJARAN GEOMETRI

Diajukan Sebagai Tugas Terstruktur Pada Mata Kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan Dan Pembelajaran Matematika




Oleh:
Dinillah Karisma
2414.019


Dosen pembimbing
Imamuddin, M.Pd


JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI
2013

KATA PENGANTAR
                                                                 

Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul URGENSI KEMAMPUAN KOMUNIKASI VERBAL TERHADAP PEMBELAJARAN GEOMETRI”. Proposal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas terstruktur pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.
Dalam pelaksanaan penyusunan proposal ini, penulis mendapat banyak bantuan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada :
1.      Ibunda dan Ayahanda tercinta yang telah membantu penulis dengan Do’a dan motivasinya dalam berbagai hal.
2.      Bapak Imamuddin,M.Pd selaku Dosen Pembimbing sekaligus Dosen pada mata kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan dan Pembelajaran Matematika.
3.      Rekan-rekan yang senasib dan seperjuangan yang telah memberikan bantuan, masukan, kritikan dan saran-saran.
Semoga arahan, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan menjadi amal ibadah bagi Ibunda, Ayahanda, Bapak, dan rekan-rekan, sehingga memperoleh balasan yang lebih baik dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan proposal atau tulisan penulis berikutnya. Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca serta dapat dijadikan sebagai sumbangan pikiran untuk perkembangan pendidikan khususnya pendidikan matematika.

Bukittinggi,    Januari 2013

Penulis






















DAFTAR ISI

                                                                                                                          Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................          i
DAFTAR ISI ...............................................................................................          ii
BAB I : PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang.........................................................................................          1
B.     Identifikasi Masalah ................................................................................          6
C.     Batasan Masalah .....................................................................................          6
D.    Rumusan Masalah ...................................................................................          6
E.     Tujuan Penelitian .....................................................................................          9
F.    Defenisi Operasional.................................................................................          7
G.    Kegunaan Penelitian ................................................................................          8
BAB II : KAJIAN TEORI
A.   Pembelajaran Matematika ........................................................................          9
C.     Geometri..................................................................................................         12
D.    Lingkaran ................................................................................................         12
E.     Komunikasi Verbal...................................................................................         12
F.      Respon Siswa ..........................................................................................         13
G.    Hasil Belajar.............................................................................................         14
H.    Urgensi Komunikasi Verbal.....................................................................         14
I.       Hipotesis...................................................................................................         15
BAB III : METODE PENELITIAN
A.    Jenis Penelitian.........................................................................................         16
B.     Rancangan Penelitian...............................................................................         16
C.     Populasi dan Sampel................................................................................         17
D.    Variabel dan Data....................................................................................         22
E.     Prosedur Penelitian...................................................................................         23
F.      Instrument penelitian...............................................................................         26
G.    Teknik Analisis Data................................................................................         33
DAFTAR PUSTAKA
 




 
Bab I
Pendahuluan

A.                Latar Belakang
Segala sesuatu yang ada di bumi  ini adalah sumber pelajaran bagi manusia. Dalam alquran dinyatakan bahwa orang yang tidak beriman adalah mereka yang tidak mengenali atau tidak menaruh kepedulian akan ayat atau tanda-tanda kebesaran dan kekuasaan Allah di alam semesta, ciptaanNya. Sebaliknya ciri yang menonjol pada orang yang beriman adalah memahami tanda-tanda bukti dan kekuasaan sang Pencipta. Yang menyadari bahwa semua yang di ciptakan Allah tidak sia-sia dan mampu memahami kesemprnaan ciptaan Sllah di setiap sudut langit dan bumi seisinya. Pemahaman ini jugalah yang bisa menghantarkan seorang ciptaan pada penyerahan diri, ketundukan dan rasa takut pada Illahi. Itulah orang-orang yang berakal, yaitu:

190. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (al-Imran; 190-191)
Sebagaimana kita lihat dalam ayat-ayat ini, kaum berakal melihat tanda kebesaran Allah dan berusaha memahami ilmu, kekuasaan, dan kreasi seni-Nya yang tak terhingga ini dengan mengingat dan merenungkan hal-hal tersebut, sebab ilmu Allah tak terbatas dan ciptaan-Nya sempurna tanpa cacat.

Bagi orang yang berakal, segala sesuatu di sekeliling mereka adalah tanda penciptaan.


 “Sesungguhnya, Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu. Adapun orang-orang yang beriman, mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan, “Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik.” (QS. Al Baqarah: 26)

Allah telah menciptakan beragam ciptaan yang tak terhitung jumlahnya untuk direnungkan. Segala sesuatu yang kita saksikan dan rasakan di langit, di bumi dan segala sesuatu di antara keduanya adalah perwujudan dari kesempurnaan penciptaan oleh Allah, dan oleh karenanya menjadi bahan yang patut untuk direnungkan. Dan begitu lengkapnya cangkupan ilmu yang di sebutkan dalam alquran, salah satunya adalah ilmu matematika, yang akan peneliti bahas pada kali ini.
Dalam alquran Allah sering menyebutkan hal-hal terkait dengan matematika. Mulai dari pecahan, hitungan, pembagian dan lain-lain. Salah satunya dalam surat al-Qamar ayat 49;
Yang artinya: Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.

Dari ayat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi, semua ciptaan Allah dalam proses penciptaanNya penuh perhitungan dan memiliki ukurannya masing-masing, sangat matematis. Semakin terasa begitu indahnya matematika.
Sejatinya matematika bukan hanya pelajaran yang di pelajari di sekolah atau perguruan tinggi saja tapi juga ilmu yang sangat penting dalam menjalani kehidupan.
Matematika merupakan salah satu ilmu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Dewasa ini matematika menjadi pelajaran yang dianggap penting, tiap-tiap sekolah di negera manapun itu, pasti ada pelajaran matematikanya.
Matematika merupakan ibu atau ratunya ilmu.[1] Menurut Hamzah  matematika adalah sebagai suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalisaasi dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan analisis.[2]
Geometri adalah cabang matematika yang akan peneliti jadikan objek kajiannya, khususnya lingkaran. Jika di kembalikan lagi pada alquran surat alqamar ayat 49 diatas, ayat tersebut sudah menyinggung masalah geometri. Yaitu tentang ukuran, dimana semua ciptaan Allah merupakan geometri yang sudah memiliki ukurannya masing-masing.
            Pada kenyataannya, geometri sudah di pelajari siswa sejak di sekolah dasar, memang belum terlalu berat sesuai dengan tingkatan kognitif siswa. Tapi banyaknya siswa yang mengeluhkan tentang pelajaran matematika, khususnya geometri adalah pelajaran yang sulit di pahami. Apalagi rumus-rumus geometri sangat banyak, dan saling terkait. Ketidak pahaman siswa pada satu bahasan akan berdampak pada bahasan berikutnya. Misalnya siswa tidak paham tentang cara mencari luas lingkaran, ini akan berdampak juga dengan cara mencari luas tabung. Begitu juga bahasan lainnya.
Alquran juga ada menyinggung tentang lingkaran;
            “Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS. Al Anbiya:33)
            Dari lima orang siswa yang peneliti tanyakan tentang kesulitan dalam memahami pelajaran matematika, semuanya bermasalah dengan cara guru menerangkan. Misalnya, saat siswa tidak memahami cara mengerjakan soal, dan siswa menenyakannya pada guru, guru tersebut memeang memberikan penjelasan namun siswa sering tidak paham dengan yang di jelaskan guru tersebut. Jika hal ini terus berlanjut, maka tidaklah heran jika akhirnya sangat banyak siswa yang berpikir matematika sebagai pelajaran yang menakutkan. Pola pikir siswa yang seperti itu tidak bisa di abaikan saja, karena ini sangat berpengaruh pada kegiatan dan hasil belajar siswa. Jika seharusnya siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, namun karena pola pikirnya sudah tidak tertarik lagi dengan pelajaran yang sedang berlangsung tentu tujuan pelajaran tidak akan tercapai lagi.
            Sekalipun dewasa ini, sangat banyak strategi atau pun model pembelajaran yang di pilih sebagai alternatif dalam menyelesaikan permasalah tersebut, misalnya tutor sebaya atau kooperatif dan sebagainya, namun guru tetaplah jadi sorotan dan panutan utama seorang siswa. Pandangan siswa terhadap gurunya ini juga mempengaruhi semangat siswa dalam memahami pelajaran. Karena itu seorang guru harus memahami fakta ini. Jadi semua yang ada pada guru akan jadi salah satu penentu dalam proses pembelajaran. Karena walau bagaimana pun kompetensi ilmu matematika yang di miliki guru jika tidak di dukung dengan kemampuan verbal dalam menyampaikan materi maka materi tersebut tidak akan sampai pada siswa.
            Untuk itu, guru haruslah memperhatikan cara penyampaiannya atau kemampuan komunikasi verbalnya dalam proses pembelajaran geometri agar lebih mudah di pahami siswa, khususnya materi lingkaran.
            Dari uraian di atas peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Urgensi Kemampuan Komunikasi Verbal Terhadap Pembelajaran Geometri”.

B.                 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang, maka identifikasi masalah dari penelitian ini adalah :
a.       Pembelajaran yang dilakukan masih terpusat pada guru
b.      Pola pikir siswa terhadap matematika
c.       Pentingnya kemampuan verbal guru
d.      Aktifitas, respon, hasil belajar siswa dalam pembelajaran di pengaruhi kemampuan verbal guru
C.    Batasan Masalah
      Berdasarkan latar belakang diatas, maka penelitian ini di batasi pada pentingnya kemampuan verbal guru dalam pembelajara geometr. Karena bahsan geomeri sangat banyak maka peneliti mengkhususkan pada materi lingkaran dan dampaknya terhadap belajar siswa.
D.    Rumusan Masalah
Berdasarkan batasan masalah yang telah dikemukakan, maka rumusan masalah penelitian ini adalah :
1.      Bagaimana hasil belajar siswa dalam materi lingkaran?
2.      Bagaimana cara guru memberi penjelasan terhadap siswa terkait materi lingkaran?
3.      Bagaimana respon siswa terhadap penjelasan terhadap siswa terkait materi lingkara?.

E.     Tujuan Penelitian
      Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah:
1.      Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam materi lingkaran.
2.      Untuk mengetahui cara guru memberi penjelasan terhadap siswa terkait materi lingkaran.
3.      Untuk mengetahui respon siswa terhadap penjelasan yang di berikan guru.

F.     Definisi Operasional
1.      Matematika merupakan suatu bidang ilmu yang merupakan alat pikir, berkomunikasi, alat untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika dan intuisi, analisis dan konstruksi, generalisaasi dan individualitas, serta mempunyai cabang-cabang antara lain aritmatika, aljabar, geometri dan analisis
2.      Geometri adalah cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat, garis, sudut, bidang, dan ruang. Geometri juga merupakan ilmu ukur.
3.      Lingkaran adalah garis melengkung yang kedua ujungnya bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat.
4.      Komunikasi merupakan pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang di maksud dapat di pahami.
5.      Komunikasi verbal adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan secara lisan yang di sampaikanoleh penyampai pesan ditujukan pada penerima pesan..
6.      Respon yang di maksud adalah tanggapan siswa terhadap penjelsan yang disampaikan guru terkait materi lingkaran.
7.      Hasil belajar yang di maksudkan adalah bagaimana pemahaman siswa yang belajar dengan guru yang memiliki kompetensi komunikasi verbal yag bagus.
G.    Kegunaan Penelitian
1.                  Bagi siswa.
a.                   Dengan adanya perhatian yang lebih dari guru akan pentingnya kemampuan komunikasi verbal dalam menyampaikan materi lingkaran, siswa akan lebih menikmati kegiatan pembelajaran geometri.
2.                  Membantu siswa menghilangkan persepsinya yang buruk saat belajar matematika
Bagi Guru.
a.                   Guru lebih memahami dirinya dan siswanya dalam menjalin komunikasi.
b.                  Sebagai bekal pengetahuan dan pengalaman bagi guru dalam upaya meningkatkan motivasi dan aktifitas siswa dalam belajar matematika.

3.                  Bagi Peneliti.
Mendapat pengalaman dan bekal bagi penulis sebagai calon guru matematika di masa yang akan datang.









Bab II
Kajian Teori
A.    Pembelajaran Matematika
1.                  Belajar dan pembelajaran Matematika
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkahlaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungan.[3] Selain itu belajar juga didefinisikan sebagai suatu perubahan tingkahlaku yang relatif permanen sebagai hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengkomunikasikannya pada orang lain.[4] Juga diartikan sebagai perubahan tingkahlaku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar, meniru dan lain sebagainya.[5]
Menurut Ngalim Purwanto ada beberapa elemen penting yang mencirikan pengertian belajar, yaitu :
a.              Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkahlaku.
b.             Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan dan pengalaman.
c.              Untuk dapat dikatakan belajar, maka perubahan itu harus relatif mantap.
d.                             Tingkahlaku yang mengalami perubahan karena belajar menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis.[6]
Dari beberapa pengertian belajar di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku dalam berbagai aspek kepribadian (fisik dan psikis) melalui latihan dan pengalaman dan perubahan itu relatif positif.
Secara etimologi, matematika merupakan sebuah ilmu pengetahuan yang diperoleh dengan bernalar. Hal ini bukan berarti ilmu lain diperoleh tidak melalui nalar, akan tetapi matematika menekankan aktifitas dalam dunia rasio (penalaran), sedangkan ilmu lain menekankan pada hasil observasi atau eksperimen di samping penalaran. Matematika terbentuk dari pengalaman manusia dalam dunianya secara empiris, karena matematika sebagai aktifitas manusia kemudian pengalaman itu di proses dalam dunia rasio, diolah secara analisis dan sintesis dengan penalaran di dalam struktur kognitif, sehingga sampailah pada suatu kesimpulan berupa konsep-konsep matematika.
James dalam Erman Suherman mengatakan bahwa : ”Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,analisis dan geometri”.[7]
2.                  Tujuan pembelajaran Matematika
Tujuan adalah sesuatu yang diharapkan atau diinginkan dari belajar, sehingga memberikan arah kemana kegiatan belajar mengajar itu harus di bawa dan dilaksanakan. Tujuan utama pertama, pembelajaran matematika pada jenjang pendidikan dan menenggah adalah memberikan penekanan pada nalar dan pembentukan sikap siswa. Tujuan umum adalah memberikan penekanan pada keterampilan dalam penalaran matematika, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam membantu mempelajari ilmu pengetahuan yang lainnya. Adapun tujuan khusus pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah terbagi dua bagian besar, pertama tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar dan kedua tujuan pengajaran matematika di SMP. Sedangkan tujuan khusus pengajaran matematika di SMU secara tersendiri dimuat di dalam kurikulum pendidikan menengah.
Perlu diketahui, tujuan umum matematika di jenjang pendidikan dasar dan menengah merupakan tujuan yang paling umum. Sedangkan tujuan yang lebih khusus yang merupakan tujuan pembelajaran matematika di SD, SMP dan SMU. Semua tujuan tersebut bersifat dinamis dan cukup luwes sesuai dengan tuntutan yang mungkin muncul. Namun demikian secara umum setiap tujuan tersebut penjabarannya tetap mengacu pada materi matematika itu sendiri.
Jadi tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran matematika pada dasarnya merupakan sasaran yang ingin dicapai sebagai hasil dari proses pembelajaran matematika tersebut. Karenanya sasaran tujuan pembelajaran matematika tersebut dianggap tercapai bila siswa telah memiliki sejumlah pengetahuan dan kemampuan di bidang matematika yang dipelajari.[8]

B.     Geometri
Sejatinya geometri bukanlah kata asing lagi bagi semua orang, karena dalam kehidupan dan di sekeliling kita sangat banyak benda yang berhubungan dengan  geometri. Kurang memahami dan tidak peduli itulah yang mengabaikan geometri yang sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi semua orang.
Geometri merupakan cabang matematika yang menerangkan sifat-sifat, garis, sudut, bidang, dan ruang. Sebagaimana yang di kemukakan oleh James bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi kedalam tiga bidang, yaitu aljabar,analisis dan geometri”.[9]
C.    Lingkaran
Lingkaran merupakan salah satu materi yang terdapat dalam pelajaran geometri. Menurut KBBI lingkaran adalah garis melengkung yang bertemu pada jarak yang sama dari titik pusat.
Sejatinya lingkaran bukanlah pelajaran yang sulit untuk di pelajari jika hanya sebatas mencari luasnya saja, yang lebih sulit di pahami adalah jika tingkatan bahasannya naik, misalnya garins singgung dalam dan luar lingkaran.
D.    Komunikasi Verbal
Komunikasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pengiriman dan penerimaan pesan antara  dua orang atau lebih sehingga pesan yang di maksud dapat di pahami.
Beberapa pengertian komunikasi:
1.      Komunikasi adalah hubungan kontak antar dan antara manusia, baik individu ataupun kelompok.[10]
2.      Menurut Edward Depari; komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan melalui lambang tertentu, mengandung arti, dilakukan oleh penyampai pesan di tujukan untuk penerima pesan.[11]
Sedang verbal menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah secara lisan. (bukan tertulis).
E.     Respon Siswa
Hereditas dan lingkungan hanyalah merupakan dua segi utama dari proses belajar. Segi lain yang juga penting adalah respon atau tanggapan siswa. Para siswa memberikan respon terhadap suatu perangsang dengan berbagai tingkat kekuatan dan tujuan.[12] Kekuatan ini sebagian berasal dari kondisi-kondisi jasmaniah, sebagian lagi berasal dari pengamatan dan motivasi.
Respon adalah proses pengorganisasian rangsangan. Rangsangan  proksimal diorganisasikan sedemikian rupa sehingga terjadi representasi fenomenal dari rangsang proksimal itu. Proses inilah yang disebut respon.[13] Proses pengorganisasian rangsangan maksudnya rangsangan yang terjadi diluar diri seseorang, rangsangan tersebut dapat berupa kejadian sehingga seseorang dapat mengelompokkan atau menyimpulkan kejadian yang telah terjadi.
Menurut Willis konsekuensi dari modus(“modus”, cara) respon akan mempengaruhi persepsi orang lain terhadap individu tersebut dan pada gilirannya akan mempengaruhi interaksi sosial antar individu.[14] Maksudnya respon yang negatif dapat memberikan pengaruh yang negatif terhadap individu dan sosial. Sebaliknya respon yang positif dapat memberikan pengaruh yang positif pula.
Respon siswa yang peneliti maksud adalah bagaimana siswa menanggapi dan menyikapi pelajaran saat pelajaran sedang berlangsung.
F.     Hasil Belajar
Pada prosesnya, penilaian di lakukan saat pelajaran berlangsug dan setelah pelajaran. Hasil belajar merupakan sesuatu yang diperoleh siswa setelah melakukan kegiatan  pembelajaran dan merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap apa yang telah dipelajari. Jadi secara teorinya aktifitas belajar siswa akan mengalami perubahan dalam belajar jika guru yang mengajar menyadari betapa urgensinya kemampuan komunikasi verbal dalam mengajarkan pelajaran lingkaran.
G.    Urgensi Kemampuan Komunikasi Verbal
Menurut Kamus besar bahasa indonesia pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan yang menjadikan orang atau mahluk hidup belajar.
            Pembelajaran hakikatnya adalah sebuah proses komunikasi, dimana, guru berperan sebagai penghantar pesan dan siswa sebagai pesan. Pesan yang dikirim oleh guru isi pelajaran yang di tuangkan ke dalam simbol-simbol komunikasibaik verbal maupun non verbal.
 Kemampuan verbal guru dalam menyampaikan materi haruslah diperhatikan. Kemampuan komunikasi verbal termasuk hal penting dalam menyampaikan materi disamping materi  yang di sampaikan itu sendiri. Karena tingkat kognitif siswa juga tidak sama, jadi guru juga harus bijaksana dalam menyampaikan materinya, sekalipun memang sangat banyak metode, strategi dan model pembelajaran yang bisa di gunakan saat ini.

H.    Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah siswa lebih pahama akan materi yang di ajarkan oleh guru yang memiliki kemampuan verbal yang baik dan siswa juga akan lebih menikamati suasana belajarnya.










Bab III
Metode Penelitian

A.           Jenis Penelitian
            Jenis penelitian yang akan dilakukan ini adalah penelitian eksperimen. Menurut Sudjana (2005:19) megemukakan bahwa “Eksperimen merupakan metode yang mengungkapkan hubungan antara dua variabel atau lebih mencari pengaruh suatu variabel dengan variabel lain”.
Berdasarkan penelitian di atas maka penelitian ini dilakukan terhadap dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen merupakan penilaian yang digunakan asesmen portofolio sedangkan pada kelas kontrol penilaian tidak menggunakan asesmen portofolio.
A.    Rancangan Penelitian
      Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Randomized Control Group Only Design. Dalam rancangan ini subjek diambil dari populasi tertentu dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperiment dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dikenai variabel perlakuan tertentu dalam jangka waktu tertentu, lalu kedua kelompok ini dikenai pengukuran yang sama.

Rancangan penelitian dideskripsikan seperti tabel di bawah ini:
Tabel 5: Rancangan Penelitian

Kelompok
Treatment
Post test
Eksperimen
Kontrol
X
-
T
T
Keterangan:
T = Tes Akhir penalaran mtematika siswa
 X = Pendekatan Pembelajaran CTL

B.     Populasi dan Sampel
1.                  Populasi
Populasi adalah keseluruhan pengamatan yang akan menjadi perhatian.[15] Populasi dalam rancangan penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MAN 2 Payakumbuh.
2.                  Sampel
Sesuai dengan masalah yang akan  diteliti dan rancangan penelitian yang digunakan, maka peneliti membutuhkan satu kelas eksperimen dan satu kelas kontrol. Pengambilan sampel dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah berikut:
a.                   Mengumpulkan nilai matematika siswa kelas X MAN 2 Payakumbuh, kemudian dihitung rata-rata dan simpangan bakunya.
b.                  Melakukan uji normalitas populasi terhadap hasil tes penalaran matematika kelas X MAN 2 Payakumbuh yang bertujuan untuk mengetahui apakah populasi tersebut berdistribusi normal atau tidak.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 = Populasi berdistribusi normal
H1 = Populasi berdistribusi tidak normal
Untuk melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji Liliefort dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)                  Data X1, X2, X3, …, Xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil samapi yang terbesar.
2)                  Mencari skor baku dari skor mentah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:           S = Simpangan Baku
                         = Skor rata-rata
                        Xi = Skor dari tiap soal
3)                  Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian hitung peluang F (Zi) = P (P ≤ Zi)
4)                  Menghitung jumlah proposi skor baku yang lebih baku ata sama Zi yang dinyatakan dengan S (Zi) dengan menggunakan rumus:
5)                  Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi), kemudian ditentukan nilai mutlaknya.
6)                  Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu diberi simbol L0. L0 = maks
7)                  Bandingkan nilai L0 yang diperoleh dengan nilai L0 yang ada pada tabel. Pada taraf 0,05 jika L0 ≤ Ltabel maka H0 diterima. Dari hasil analisis data pada taraf nyata α = 0,05 terlihat bahwa L0 < Ltabel maka H0 diterima. Berarti data tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal.[16]

c.                   Melakukan uji homogenitas varians dengan menggunakan uji Bartlet. Uji ini bertujuan untuk melihat apakah populasi mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
Hipotesis yang diajukan yaitu:
H0 = Populasi mempunyai varians yang sama
H1 = Populasi mempunyai varians yang tidak sama
Untuk menentukan uji homogenitas ini dilakukan dengan beberapa langkah sebagai berikut:
1)                  Hitung k buah ragam contoh S1, S2, …, Sk dari contoh-contoh berukuran n1, n2, …, nk dengan
2)                  Gabungkan semua ragam contoh sehingga menghasilkan dugaan gabungan:
3)                  Dari dugaan gabungan tentukan nilai peubah acak yang mempunyai nilai sebaran Bartlet:
Dengan kriteria pengujian sebagai berikut:
Jika b ≥ bk (a;n) berarti homogen
Jika b < bk (a;n) berarti tidak homogen[17]

d.                  Melakukan uji kesamaan rata-rata dengan menggunakan analisis variansi. Uji ini menggunakan klasifikasi satu arah dengan langkah sebagai berikut:
Langkah-langkah untuk melihat kesamaan rata-rata populasi yaitu:
1)                  Tuliskan hipotesis statistik yang diajukan
H1: sekurang-kurangnya dua rata-rata yang tidak sama
2)                  Tentukan taraf nyatanya (α)
3)                  Tentukan wilayah kritiknya dengan menggunakan rumus:
4)                  Tentukan perhitungan melalui tabel:

Tabel 7 : Data hasil tes penalaran matematika siswa kelas populasi


Populasi


1
2
K


X11
X12
X1n
X21
X22
X2n
Xk1
Xk2
Xkn

Total
T1
T2
Tk
T…
Nilai Tengah
1
2
k
Perhitungan dengan menggunakan rumus:
Jumlah Kuadrat Total (JKT) =
Jumlah Kuadrat untuk nilai tengah Kolom (JKK) =
Jumlah kuadrat Galat (JKG) = JKT – JKK
Masukkan data hasil perhitungan ke dalam tabel berikut:

Tabel 8 : Analisis Ragam Data Hasil Belajar Siswa Kelas Populasi

Sumber Keragaman
Jumlah kuadrat
Derajat bebas
Kuadrat tengah
Nilai tengah kolom
JKK
k – 1
Galat
JKG
N – k

Total
JKT
N – 1



5)                  Keputusannya:
Diterima H0 jika
Ditolak H0 jika
e.                   Mengambil dua kelas secara acak, kelas yang terambil pertama adalah kelas eksperimen dan kelas yang kedua sebagai kelas kontrol.

C.    Variabel dan Data
1.                  Variabel
Variabel dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian.[19]
Variabel dalam penelitian ini adalah:
a.                   Kelas dengan guru yang kurang mementingkan kemampuan komunikasi verbal sebagai variabel bebas (X).
b.                  Hasil belajar siswa setelah guru lebih memperhatikan urgensi komunikasi verbalnya dalam mengajar sebagai variabel terikat (Y).
2.                  Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah :
a.                   Data primer, yaitu data hasil dari tes pemahaman matematika siswa yang diperoleh setelah mengadakan eksperimen.
b.                  Data sekunder, yaitu data tentang jumlah siswa yang menjadi populasi dan sampel serta data hasil dari nilai matematika X MAN 2 Payakumbuh.
D.                Prosedur Penelitian
1.                                         Tahap persiapan
a.                   Menetapkan tempat dan jadwal penelitian.
b.                  Menetapkan sampel penelitian dengan cara random sampling yaitu setiap   kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih jadi sampel
c.                   Mempelajari materi lingkaran
d.                  Memvalidasi soal yang akan di berikan pada siswa
e.                   Membuat kisi-kisi dan mempersiapkan soal tes akhir uji pemahaman siswa terhadap pelajaran lingkaran
f.                   Membuat kunci jawaban.
g.                  Mempersiapkan instrument penelitian berupa lembar observasi dan soal tes uraian
h.                  Mempersiapkan observer.

2.                                         Tahap Pelaksanaan
            Penelitian menggunakan dua kelas sampel, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Langkah-langkah pembelajaran pada kedua kelas sampel dapat dilihat pada tabel  berikut:

Tabel 9 : langkah-langkah Pembelajaran pada Kelas Sampel

Kelas Eksperimen
Kelas Kontrol
1
2
Pendahuluan
a.                   Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang akan dipelajari.
b.                  Guru menjelaskan prosedur pembelajaran:
1)                  Siswa dibagi ke dalam beberapa kelompok sesuai dengan jumlah siswa.
2)                  Tiap kelompok ditugaskan untuk melakukan observasi, misalnya kelompok 1 dan 2 melakukan observasi ke pasar tradisional dan kelompok 3 dan 4 melakukan observasi ke pasar swalayan.
3)                  Melalui observasi siswa di tugaskan untuk mencatat berbagai hal yang di temukan di pasar-pasar tersebut.
c.                   Guru melakukan Tanya jawab sekitar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa.

Kegiatan Inti

a. Guru mengajar sesuai RPP dan silabus yang sudah di rancang.
b. guru memberi penekanan di setiap bagian-bagian penting tentang materi.
c. siswa yang tidak paham akan menanyakan bagian yang tidak di pahaminya.
d. guru memberikan penjelasan atas pertanyaan siswa dan memancing respon siswa.
e. guru memberikan soal yang berkaitan dengan yang di tanyakan siswa.
f. guru memberikan tes yang sudah di siapkan peneliti



Penutup
a.                   Dengan pengawasan guru siswa dapat menyelesaikan jenis soal yang sama dengan tingkatan yang berbeda.
b.                  Siswa dengan tingkatan kognitif rendah pun bisa memahami dan semangat dalam mempelajari materi matematika
Pendahuluan
a.                   Guru menyampaikan apersepsi
b.                  Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas yang akan dilakukan siswa dalam proses pembelajaran serta memotivasi siswa untuk belajar.






















Kegiatan Inti
a.                   Guru menjelaskan materi awal dan mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk mengecek pemahamannya terhadap materi yang baru saja dijelaskan.

b.                  Jika siswa masih tidak memahami materi, guru menerangkan kembali.

c.                   Siswa mencatat penjelasan guru di buku catatannya

d.                  Guru dan siswa membahas contoh soal.
e.                   Siswa diminta mengerjakan latihan yang ada di buku pegangan siswa.
f.                   Latihan yang telah dibuat lalu dikumpul.

Penutup
a.                   Siswa di beri PR

3.                                         Tahap Penyelesaian
Guru memberikan tes uji pemahaman materi lingkaran kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah pokok bahasan selesai dipelajari.

E.     Instrumen Penelitian
1.      Lembar Observasi
Lembar observasi yang akan digunakan dalam penelitian ini berdasarkan ciri-ciri individu aktif dan nantinya akan divalidasi oleh tiga orang validator. Lembar observasi ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang aktivitas siswa selama belajar dan respon siswa terhadap materi yang di ajarkan.
Aktivitas yang diamati dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 10 : Aktivitas yang akan diamati
No
Indikator aktivitas
Aktivitas yang diamati
1
Visual activities
Bagaimana respon siswa selama pelajaran berlangsung
2
Oral activities
Bertanya sewaktu pelajaran
Menjawab pertanyaan
Mengeluarkan pendapat jika masih belum paham
3
Mental activities
Menanggapi sewaktu belajar

2.      Tes Pemahaman MatematikaBerdasarkan Hasil Belajar
Tes yang akan diujikan dalam tes akhir dibuat dalam bentuk essay dan dibuat sendiri oleh peneliti. Langkah-langkah yang dilakukan dalam membuat soal tes penalaran adalah sebagai berikut :
1.                                                                 Mempelajari kurikulum
2.                                                                 Membuat kisi-kisi soal
Kisi-kisi soal tes disusun dalam bentuk tabel yang memuat tentang kompetensi dasar yang ingin dicapai, indikator, rincian materi yang akan diujikan. Kisi-kisi soal disusun agar mempermudah dalam pembuatan soal.
3.                                                                 Menyusun tes sesuai dengan kisi-kisi soal yang telah dibuat.
Dalam menyusun item tes, ada beberapa hal yang akan dilakukan, yaitu:
a.                   Mempelajari dan memahami materi yang akan diujikan.
b.                  Mempelajari dan memahami teknik pembuatan soal essay dan membahasakan gagasan soal yang telah dirancang sesuai dengan kisi-kisi soal.
c.                   Membuat kunci jawaban
4.                                                                 Melakukan validasi tes
Validasi tes yang akan digunakan adalah validitas isi yaitu validitas tes yang mempersoalkan apakah isi butir tes yang diujikan itu mencerminkan isi kurikulum yang seharusnya diukur atau tidak.[20] Jadi, untuk memvalidasi soal tes tersebut, peneliti akan meminta bantuan kepada guru mata pelajaran dan dosen.
5.                                                                 Uji coba tes.
6.                                                                 Analisis soal tes
Untuk mendapatkan soal tes yang baik, maka lakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a.                  Validitas Tes
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan suatu instrument. Instrument dikatakan valid jika mampu mengukur apa yang diinginkan melalui data dan variabel yang diteliti secara sadar.[21]
Untuk menentukan validitas tes essay dapat digunakan korelasi product moment yaitu:

Keterangan
 = koofesien korelasi antara variabel X dan variabel Y
 = Jumlah testee
 = jumlah perkalian antara skor item dan skor total
 = jumlah skor item
 = jumlah skor total

Koefesien korelasi selalu terdapat antar -1,00 sampai +1,00. Kriteria  yang digunakan untuk validitas yaitu:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00: sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800: tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600: cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400: rendah
Antara 0,000 sampai dengan 0,200: sangat rendah[22]

b.                  Reliabilitas soal tes
Reliabilitas tes merupakan ukuran ketepatan alat penelitian dalam menunjukkan sesuatu yang hendak diukur.
Untuk menentukan reliabilitas soal digunakan rumus:

Keterangan:
 = koefesien reliabilitas tes
 = banyaknya butir item yang dikeluarkan dalam tes
Σ = jumlah varian skor dari tiap item
 = varian total

            Kriteria yang digunakan untuk menentukan tingkat reliabilitas soal adalah:
1)                  Jika 0,80 <  ≤ 1,00 maka reliabilitas soal sangat tinggi
2)                  Jika 0,60 <  ≤ 0,80 maka reliabilitas soal tinggi
3)                  Jika 0,40 <  ≤ 0,60 maka reliabilitas soal sedang
4)                  Jika 0,20 <  ≤ 0,40 maka reliabilitas soal rendah
5)                  Jika 0,00 <  ≤ 0,20 maka reliabilitas soal sangat rendah[23]
c.                   Menghitung indeks kesukaran soal
Indeks kesukaran soal digunakan untuk melihat apakah soal tersebut rendah sedang, atau sulit.
Cara menentukan indeks kesukaran butir soal digunakan rumus:

Keterangan:
 = indeks kesukaran tes
 = banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh kelompok tertinggi
 = banyaknya jawaban salah yang dibuat oleh kelompok rendah
 = skor setiap soal jika benar
 = 27% dari peserta tes

Adapun kriteria tingkat kesukaran berdasarkan indeks kesukaran adalah:
 < 27% = sukar
27% ≤  ≤ 73% = sedang
73% <  = mudah[24]

d.                  Menghitung indeks pembeda
Indeks pembeda soal adalah kemampuan suatu butir item soal untuk dapat membedakan testee yang berkemampuan tinggi dengan yang berkemampuan rendah.
Cara menentukan daya pembeda soal, digunakan rumus:

Keterangan:
 = indeks pembeda soal
 = Rata-rata skor dari kelompok tertinggi
 = rata-rata skor dari kelompok rendah
Σ = jumlah kuadrat deviasi dari kelompok tertinggi
Σ = jumlah kuadrat deviasi dari kelompok rendah
 = 27% dari pengikut tes


Adapun kriteria tingkat pembeda soal berdasarkan indeks pembeda adalah:
0,4 – 1 = Baik Sekali
0,3 – 0,39 = Baik
0,2 – 0.29 = Sedang
0 – 0,19 = Jelek[25]

e.                   Klasifikasi soal
Setelah soal dianalisis, soal dapat diklasifikasikan menjadi soal yang dapat dipakai, diperbaiki, atau diganti.
Klasifikasi soal sebagai berikut:
1.                  Soal dipakai jika  signifikan dan 0% <  ≤ 100%
2.                  Soal diperbaiki jika:
 signifikan dan  = 0% atau  = 100%
 tidak signifikan dan 0% <  ≤ 100%
3.                  Soal diganti jika  tidak signifikan dan  = 0% atau  = 100%[26]

G.    Teknik Analisa Data
1.                  Lembar observasi
Data aktivitas yang diperoleh melalui lembar observasi menurut Anas Sudijono dianalisis dengan menggunakan rumus persentase, yaitu:
P =  x 100%

Keterangan:
P = Persentase aktivitas
F = Frekuensi aktivitas yang dilakukan
N = Jumlah siswa

Kriteria penilaian aktivitas dalam proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
a.                   Jika persentase penilaian aktivitas adalah 1% - 25% maka aktivitas tergolong sedikit tinggi.
b.                  Jika persentase penilaian aktivitas adalah 26% - 50% maka aktivitas tergolong sedikit.
c.                   Jika persentase penilaian aktivitas adalah 51% - 75% maka aktivitas tergolong banyak.
d.                  Jika persentase penilaian aktivitas adalah 76% - 100% maka aktivitas tergolong banyak sekali.[27]


Persentase aktivitas belajar ini dipantau setiap kali pertemuan, sehingga dapat diketahui bagaimana perkembangan pemahaman siswa terhadap pelajaran geometri materi lingkaran.

2.                  Tes Hasil pena
a.      Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk melihat apakah data sampel berdistribusi normal atau tidak. Uji yang digunakan adalah uji liliefort. Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 = Data berdistribusi normal
H1 = Data berdistribusi tidak normal
Untuk melihat sampel berdistribusi normal, digunakan uji Liliefort dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1)                  Data X1, X2, X3, …, Xn diperoleh dan disusun dari data yang terkecil samapi yang terbesar.
2)                  Mencari skor baku dari skor mentah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana:           S = Simpangan Baku
                         = Skor rata-rata
                        Xi = Skor dari tiap soal
3)                  Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian hitung peluang F (Zi) = P (P ≤ Zi)
4)                  Menghitung jumlah proposi skor baku yang lebih baku ata sama Zi yang dinyatakan dengan S (Zi) dengan menggunakan rumus:
5)                  Menghitung selisih F (Zi) – S (Zi), kemudian ditentukan nilai mutlaknya.
6)                  Ambil harga mutlak yang terbesar dari harga mutlak selisih itu diberi simbol L0. L0 = maks
7)      Bandingkan nilai L0 yang diperoleh dengan nilai L0 yang ada pada tabel. Pada taraf 0,05 jika L0 ≤ Ltabel maka H0 diterima. Dari hasil analisis data pada taraf nyata α = 0,05 terlihat bahwa L0 < Ltabel maka H0 diterima. Berarti data tersebut berasal dari populasi berdistribusi normal.[28]

b.      Uji Homogenitas Variansi
Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua data sampel mempunyai variansi yang homogen atau tidak.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 :  , variansi kedua data  sampel homogen
H1 : , variansi kedua data sampel tidak homogen
Dalam hal ini yang akan diuji H0 :  , dimana  dan  adalah simpangan baku dari masing-masing kelompok sampel.
Rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis ini menurut sudjana adalah:
Keterangan:
 = Variansi terbesar
 = Variansi terkecil
  = Perbandingan antara variansi terbesar dengan variansi terkecil[29]


c.       Uji Hipotesis
Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis bertujuan untuk melihat perbandingan tingkat penalaran kedua kelas sampel.
Hipotesis yang diajukan adalah:
H0 :  , penalaran matematika siswa kelas eksperimen sama dengan kelas kontrol.
H0 :  ,  penalaran matematika siswa kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol.
Dimana  adalah tingkat penalaran kelas eksperimen dan  adalah tingkat penalaran matematika kelas kontrol.
Berdasarkan uji normalitas dan uji homogenitas ada beberapa rumus untuk menguji hipotesis, yaitu:
a.       Apabila data berdistribusi normal dan mempunyai variansi homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah dengan rumus:
 dengan
Dimana:
 = Nilai rata-rata kelas eksperimen
 = Nilai rata-rata kelas kontrol
 = variansi hasil belajar kelas eksperimen
 = variansi hasil belajar kelas kontrol
   = simpangan baku
 = jumlah siswa kelas eksperimen
 = jumlah siswa kelas kontrol
Kriteria:
Terima H0 jika , dengan dk = n1 + n2 – 2 selain itu H0 ditolak.[30]

b.      Jika sampel berdistribusi normal dan kedua kelompok sampel tidak mempunyai variansi homogen, maka uji statistik yang digunakan adalah:
Kriteria pengujinya adalah:
Tolak hipotesis H0 jika  
Terima H0 jika
Dengan:





Daftar Kepustakaan
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara. 2008.
Fitri, Aidil. Stategi Belajar Aktif Tipe The Power of Two Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X MAN 1 Payakumbuh”. Bukitinggi: STAIN Bukittinggi.2012
Munandir, Willy, Mangundiprojo. Komunikasi Lewat Satelit, Edisi ketiga, (Bandung: Human Penemu Telekomunikasi)
Pidarta, Made. Landasan Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta. 1997
Prawironegoro,Pratiknyo. Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi Matematika, Jakarta: C.V Fortuna.1985
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. 1994. 
Sadirman,. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2004
Sarwono, Sarlito Wirawan. Teori-teori Psikologi Sosial.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,.2008
Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. 1995.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan , Jakarta:  PT.Raja Grafindo Persada. 2005
Sudjana, Metode Statistik, Bandung : Tarsindo
Suherman, Erman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 2001
Suryabrata, Sumadi. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004.
Thoha ,M. Chabib. Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Grafindo. 1996
Walpole, Ronal, E. Pengantar Statistika. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka.1993.
Widjaya, A.W. Komunikasi . Jakarta: Bina Aksara. 1981



[1] Erman Suherman dkk, Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer, (Bandung:Universitas Pendidikan Indonesia, 2001), h.25
[2] Hamzah B. Uno, model pembelajaran menciptakan proses belajar mengajar yang kreatif dan efektif, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011 ) ,cet ke-VII, h. 131
[3] Slameto, Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), h.2
[4]Made Pidarta, Landasan Kependidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.197
[5] Sadirman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004), h.21
[6] Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1994), h.84
[7] Erman Suherman dkk, ..., h.16
[8] Proposal aidil fitri, 2012, ” Stategi Belajar Aktif Tipe The Power of Two Dalam Pembelajaran Matematika Siswa Kelas X MAN 1 Payakumbuh”.

[9] Erman Suherman dkk, ..., h.16
[10] A.W.Widjaya, Komunikasi . Jakarta: Bina Aksara. 1981. Hal 1.
[11] Willy Munandir dan Mangundiprojo, Komunikasi Lewat Satelit, Edisi ketiga, (Bandung: Human Penemu Telekomunikasi) hal 8
[12] Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar.( Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009) hlm.46
[13] Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial.(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008)hlm.87
[14] Sarlito Wirawan Sarwono,…, hlm .78
[15] Ronal E. Walpole, Pengantar statistika, (Jakarta: Gramedia Pustaka, 1993), h.6
[16] Sudjana, Metode Statistik, (Bandung : Tarsindo)  h.116
[17] Ronal E. Walpole, Pengantar ..., h.391
[18]Ronal E. Walpole, Pengantar …, h.383
             [19]Sumadi Suryabarata, Metodologi Penelitian. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2004)h.25 
[20] M. Chabib Thoha, Teknik Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Grafindo, 1996), h.111
        [21] Suharsimi Arikunto, Dasar –Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara, 1999),h.79
[22] M. Chabib Thoha, Teknik…, h.115
[23] Pratiknyo Prawironegoro, Evaluasi Hasil Belajar Khusus Analisis Soal Bidang Studi Matematika, (Jakarta: C.V Fortuna, 1985), h.4
[24] Pratiknyo Prawironegoro, Evaluasi ..., h.14
[25] Pratiknyo, Evaluasi …, h.11
[26] Pratiknyo, Evaluasi …, h.16
       [27] Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan ,(Jakarta:  PT.Raja Grafindo Persada, 2005), h.43
[28] Sudjana, Metode …, h.116
[29] Sudjana, Metode …, h.249
[30] Sudjana, Metode …, h.239
[31] Sudjana, Metode …, h.241