MAKALAH
Perencaan
Tujuan-Tujuan Instruksional
Diajukan Untuk
Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur
Pada Mata
Kuliah Perencanaan
Pembelajaran
Oleh:
yanti silfia :2410.030
nur asni :2410.042
diana dahlia :2410.012
dinillah karisma :2410.019
herlina Humaira :2410.003
susi fitri :2410.008
dewi wulan :2410.018
dosen Pembimbing:
Imamuddin, M.Pd
PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SJECH M. DJAMIL DJAMBEK
BUKITTINGGI
2013 M/1434 H
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI…………………………………………………….....……...…
i
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………….………………....………….........….. 1
B. Rumusan Masalah………….…………………...………….….........…. 1
C. Tujuan…………………….…………………………………............… 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus............. 2
B.
Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus..............7
C.
Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku.....................11
D.
Analisis Tugas Belajar..........................................................................13
BAB
III PENUTUP
A. Kesimpulan…………………………………………………..…..........14
B. Saran………………………………………………………….…..........15
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tujuan
merupakan sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha selesai.
Karena instruksi atau pengajaran merupakan suatu usaha dan kegiatan yang
berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuannya bertahap dan
bertingkat. Tujuan dari pendidikan bukanlah suatu benda yang
berbentuk dan statis. Tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian
seseorang berkenaan dengan seluruh aspek kehidupannya.
Kalau kita
melihat kembali pengertian instruksi atau pengajaran, akan terlihat dengan
jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami pengajaran
secara keseluruhan, yaitu ”sesuatu yang harus dicapai oleh siswa setelah mereka
diberikan pengajaran oleh guru.
Tujuan ini
kelihatannya terlalu ideal, sehingga sukar dicapai. Namun apabila kita
melakukannya dengan kerja keras dan berencana dengan kerangka-kerangka kerja
yang konsepsional mendasar, pencapaian tujuan itu bukanlah sesuatu hal yang
mustahil. Untuk lebih jelasnya”apa perencanaan tujuan-tujuan instruksional” akan
dijelaskan lebih lanjut dalam bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian tujuan
instruksional?
2. Apa saja klasifikasi
tujuan instruksional ?
3. Bagaimana perencanaan
tujuan-tujuan Instruksional ?
C. Tujuan Penulisan
Makalah
1. Menjelaskan pengertian tujuan instruksional.
2. Menjelaskan saja
klasifikasi tujuan instruksional.
3. Menjelaskan
perencanaan tujuan-tujuan Instruksional.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan instruksional
merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan, secara
nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan Undang undang dasar 1945
yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang ciri ciri kedewasaan yang
perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan dalam penentuan perumusan
mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional maupun taraf pengelolaan
institusi pendidikan. Perumusan suatu tujuan pendidikan yang menetapkan hasil yang
harus diperoleh siswa selama belajar, dijabarkan atas pengetahuan dan
pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang telah menjadi milik siswa.
Adanya tujuan tertentu
memberikan arah pada usaha para pengelola pendidikan dalam berbagai taraf
pelaksanaan. Dengan demikian usaha mereka menjadi tidak sia sia karena bekerja
secara profesional dengan berpedoman pada patokan yang jelas. Berkaitan dengan
penentuan tujuan pendidikan perlu dibedakan antara pengelolaan pendidikan pada
taraf:
1. Organisasi makro : sistem pendidikan sekolah pada taraf nasional, dengan penjabarannya
dalam jenjang jenjang dan jenis jenis pendidikan sekola, yang semuanya harus
menuju ke pencapaian tujuan pendidikan nasional sesuai dengan progam pendidikan
masing masing
2. Organisasi meso : pengaturan progam pendidikan di sekolah tertentu sesuai dengan ciri
ciri khas jenjang tertentu dan jenis pendidikan yang di kelola sekolah itu
3. Organisasi mikro : perencanaan dan pelaksanaan suatu proses belajar mengajar tertentu
di dalam kelas yang diperuntukkan kelompok siswa tertentu. (Winkel W.S, 2004)
Tujuan instruksional
ternyata masuk ke dalam organisasi mikro karena mencakup kesatuan bidang studi
tertentu yang menjadi pokok bahasan seperti tercantum pada bagan hubungan
hierarkis antara berbagai tujuan pendidikan sekolah, taraf organisasi
pendidikan sekolah dan taraf pengelolaan pendidikan sekolah dibawah ini:
Hierarki Tujuan Pendidikan
|
Taraf Organisasi
|
Taraf pengelolaan
|
Tujuan Pendidikan Nasional
|
Makro
|
Keseluruhan usaha pendidikan masyarakat di negara
Indonesia
|
Tujuan Pendidikan Institusional
|
Meso
|
Jenjang pendidikan sekolah tertentu dan jenis
pendidikan
|
Tujuan Pendidikan Kurikuler
|
Meso
|
Kesatuan kurikulum tertentu yang mencakup sejumlah
bidang studi
|
Tujuan Instruksional Umum
|
Mikro
|
Kesatuan bidang studi tertentu yang mencakup
sejumlah pokok bahasan
|
Tujuan Instruksional Khusus
|
Mikro
|
Satuan pokok bahasan atau topik pelajaran tertentu
|
Jadi isi tujuan
pendidikan akan berbeda beda tergantung pada taraf organisasi manakah tujuan
itu ditetapkan. Sudah barang tentu isi tujuan pendidikan pada taraf organisasi
yang satu tidak bertentangan dengan yang lain, melainkan tujuan pada taraf yang
lebih bawah menjabarkan dan mengkhususkan tujuan pada taraf organisasi yang
lebih tinggi. Maka perumusan tujuan instruksional akan lebih mengkhususkan
tujuan pendidikan. Tujuan instruksional umum menggariskan hasil hasil di bidang
studi tertentu yang seharusnya dicapai siswa, adanya hasil akan nampak dalam
seluruh prestasi belajar yang diberikan oleh siswa. intinya tujuan
instruksional adalah kemampuan yang harus diperoleh atau dicapai oleh siswa
yang menjadi tujuan dari proses belajar mengajar.
Dalam pengelolaan dan
pengembangan pengajaran diperlukan suatu model yang dipakai sebagai pegangan
yang mencakup seluruh komponen pokok yang harus dipertimbangkan, dibuat, diatur
dan dilaksanakan. Seperti model yang dikembangkan oleh van gelder yang disebut Didactische
Analyse dengan penjelasan sebagai berikut:
1. Tujuan Instruksional :
kemampuan yang harus diperoleh siswa
2. Kemampuan siswa pada
awal pelajaran : kemampuan yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional
(prasyarat)
3. Materi pelajaran :
bahan pelajaran
4. Prosedur didaktis :
metode didaktis yang digunakan oleh guru
5. Kegiatan belajar :
aktivitas belajar yang dijalankan siswa
6. Peralatan ,engajar dan
belajar : berbagai media pengajaran dan alat bantu
7. Evaluasi hasil belajar
: penilaian terhadap prestasi siswa
Dalam buku beknopte
didaxologie, E. De Corte juga menyajikan suatu model pembelajaran yang
merupakan pengembangan lebih lanjut dari model van gelder dengan penjelasan
sbb:
1. Tujuan Instruksional :
Apa yang menjadi tujuan proses belajar mengajar
2. Keadaan awal diartikan
menjadi 2 cara :
a. Dalam arti luas :
keadaan guru, siswa, jaringan sosial di sekolah dan di kelas
b. Dalam arti sempit :
kemampuan yang harus diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional
3. Evaluasi
4. Proses belajar :
kegiatan mental yang dilakukan siswa
5. Prosedur didaktis :
cara cara mengatur kegiatan siswa
6. Materi pelajaran :
menyangkut isi dari tujuan instruksional
7. Pengelompokan siswa :
tata cara membentuk kelompok
8. Media pengajaran :
alat bantu yang digunakan guru
9. Proses mengajar
belajar : interaksi antara kegiatan guru dan kegiatan siswa selama periode
waktu tertentu
Dari beberapa tulisan
di atas ada beberapa definisi yang disampaikan oleh beberapa tokoh seperti
Robert F. Magner (1962) yang mendefinisikan tujuan instruksional sebagai tujuan
perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa sesuai
kompetensi. Juga ada Eduard L. Dejnozka dan David E. Kavel (1981) yang mendefinisikan
tujuan instruksional adalah suatu pernyataan spefisik yang dinyatakan
dalam bentuk perilaku yang diwujudkan dalam bentuk tulisan yang menggambarkan
hasil belajar yang diharapkan serta Fred Percival dan Henry Ellington (1984)
yang mendefinisikan tujuan instruksional adalah suatu pernyataan yang jelas
menunjukkan penampilan / keterampilan yang diharapkan sebagai hasil dari proses
belajar. Setelah kita mengetahui beberapa definisi tujuan instruksional yang
dikemukakan dari beberapa tokoh kita dapat mengambil beberapa manfaat yaitu:
1. Kita dapat menentukan tujuan proses
belajar mengajar
2. Menentukan persyaratan awal
instruksional
3. Merancang strategi instruksional
4. Memilih media pembelajaran
5. Menyusun instrumen tes sebagai evaluasi
belajar
6. Melakukan tindakan perbaikan
pembelajaran.
Dalam proses belajar
mengajar tujuan instruksional dapat di bagi menjadi 2 yaitu tujuan
instruksional umum yang menggariskan hasil hasil di aneka bidang studi yang
harus dicapai siswa dan tujuan instruksional khusus (TIK) yang merupakan
penjabaran dari tujuan instruksional umum yang menyangkut suatu pokok bahasan
sebagai tujuan pengajaran yang konkrit dan spesifik.
Tujuan instruksional ini dapat
dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional
khusus (TIK). Menurut Grounlund dalam Harjanto (2008) tujuan instruksional umum
(TIU) adalah hasil belajar yang diharapkan yang dinyatakan secara umum
dan berpedoman pada perubahan tingkah laku dalam kelas. Tujuan instruksional
umum (TIU) merupakan serangkaian hasil belajar yang bersifat khusus. sedangkan
tujuan instruksional khusus (TIK) adalah hasil belajar yang dinyatakan dalam
istilah perubahan tingkah laku khusus. Tingkah laku khusus adalah kata kerja
yang dapat diamati dan diukur.
Kegunaan TIU dalam proses belajar
mengajar menurut Harjanto (2008) adalah:
a.
Memberikan
kriteria yang pasti untuk mengukur kemajuan belajar peserta didik.
b.
Memberikan
kepastian mengenai kemampuan yang diharapkan dari peserta didik.
c.
Memberikan
dasar untuk mengembangkan alat evaluasi untuk mengukur efektifitas pengajaran.
d.
Menentukan
petunjuk dalam menentukan materi dan strategi instruksional.
e.
Petunjuk
bagi peserta didik tentang apa yang dipelajari dan apa yang akan dinilai dalam
mengikuti suatu pelajaran.
f.
Peserta
didik akan mengorganisasikan usaha dan kegiatannya untuk mencapai tujuan
instruksional yang telah ditentukan.
Masih menurut Gronlund dalam
Harjanto (2008), dalam perumusan tujuan umum instruksional (TIU) terlebih
dahulu menyusun jenis hasil belajar yang diharapkan dan jenis-jenis hasil
belajar yang dapat digunakan sebagai sumber dalam perumusan tujuan
insrtruksional umum (TIU) yaitu harus memperhatikan hal-hal seperti
berikut:
a.
Mencakup
tujuan yang diharapkan secara umum tentang apa yang dapat dicapai dalam proses
pengajaraan dalam satu waktu tertentu.
b.
Tidak
terlepas dari konteks tujuan-tujuan kurikuler maupun tujuan yang diatasnya.
c.
Selaras
dengan mempertimbangakan prinsip-prinsip belajar.
d.
Cukup
realistis dengan keadaan kemampuan peserta didik waktu yang tersedia dan
fasilitas yang ada.
e.
Mempunyai
indikasi yang kuat bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku peserta
didik.
B. Tujuan Instruksional umum dan Tujuan Instruksional Khusus
Ada beberapa langkah
yang harus dilalui untuk merumuskan tujuan instruksional khusus. Pertama, usahakan menggunakan kata kata
yang menuntut siswa berbuat sesuatu yang menampakkan hasil belajarnya dan
sekaligus menunjukkan jenis perilaku (behavioral aspect) yang
diharapkan, misalnya “siswa akan mengetahui perbedaan antara jenis karya sastra
dan sastra puisi”, kurang tepat karena kata “mengetahui” hanya menunjuk pada
kemampuan internal. Lebih baik kalau siswa akan melakukan sesuatu seperti “
menyebutkan secara tertulis ciri khas dari jenis karya sastra puisi dan
sastra prosa dan memberikan suatu contoh tentang masing masing karya”.
Berdasarkan apa yang ditulis yang kemudian di baca baru dapat ditentukan apakah
siswa mengetahui perbedaan antara 2 jenis karya itu. Prestasi tertulis ini
menampakkan dengan jelas, apakah hasil yang dituju telah tercapai dan hasil
macam apa yang diperoleh yaitu pengetahuan. Kata “menyebutkan” secara tertulis
menunjukkan tingkah laku yang dapat diamati
Kedua, perlu dijelaskan terhadap hal apa siswa harus
melakukan sesuatu (isi). Ini pun perlu dijelaskan supaya se spesifik mungkin.
Misal TIK yang dirumuskan sbb “Siswa akan menunjukkan sikap positif terhadap
kebudayaan nasional”, dapat lebih dikhususkan dengan mengatakan “siswa akan
membuktikan penghargaannya terhadapa seni tari nasional dengan ikut membawakan
suatu tarian dalam perpisahan kelas”.
Ketiga, perlu dijelaskan persyaratan yang berlaku,bila siswa
akan melakukan sesuatu, sesuai dengan tujuan intruksional khusus. Persyaratan
itu dapat menyangkut bentuk hasl belajar seperti secara tertulis atau secara
lisan dan dapat menyangkut informasi yang diberikan.
Keempat, perlu ditentukan suatu norma mengenai
taraf prestasi minimal yang diberlakukan. Ini berarti bahwa siswa akan mampu
melakukan sesuatu dalam batas paling sedikit atau paling banyak. Norma yang
menentukan taraf minimal dapat menyangkut lamanya waktu, dapat menyebutkan
jumlah atau jumlah kesalahan yang boelh dibuat dan dapat menyangkut taraf
ketelitian dan keterampilan. Karena tekanan yang diberikan pada prestasi
belajar siswa yang berlangsung nampak dalam perilaku yang dapat di amati, TIK
dianggap sebagai suatu “sasaran tingkah laku nyata”( behavioral
objective). Adanya serangkaian sasaran yang demikian membawa
keuntungan sejauh proses belajar mengajar terarah pada tujuan yang spesifik dan
konkret.
Menurut Bryl Shoemakar dalam
harjanto (2008), Tujuan instruksional khusus (TIK) adalah pernyataan yang
menjelaskan rencana perubahan dari seseorang yang belajar tentang apa yang
diinginkan jika ia menyelesaikan suatu pengalaman belajar. Dengan demikian
dapat diartikan perumusan tujuan instruksional khusus (TIK) adalah perumusan
perubahan tingkah laku/kemampuan yang diharapkan dimiliki peserta didik setelah
mengikuti suatu program pengajaran tertentu
Menurut Suparman (2004), merumuskan
tujuan instruksional khusus (TIK) merupakan: (1) dasar dan pedoman bagi seluruh
proses pengembangan tujuan instruksional selanjutnya (perumusan TIK merupakan
titik permulan sesungguhnya dari proses pengembangan instruksional). (2) Alat
untuk menguji validitas isi tes (isi pelajaran yang akan diajarkan disesuaikan
dengan apa yang akan dicapai). (3) Arah proses pengembangan instruksional
karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang
akan dicapai peserta didik pada akhir proses instruksional.
Menurut Knirk dan Gustafson dalam
Hernawan (2005) dalam merumuskan tujuan instruksional khusus hendaknya harus
mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal dengan singkatan ABCD (Audience,
Behavior, Condition, Degree). Berikut ini penjelasan tentang komponen perumusan
TIK.
4.
Audience = A
Yaitu siswa yang belajar untuk
mencapai tujuan. Artinya tujuan yang dirancang untuk siswa bukan guru. Oleh
sebab itu komponen siswa harus selalu ada pada setiap perumusan TIK. Contohnya:
siswa kelas 1, siswa kelas 6 dan sebagainya.
5.
Behavior = B
Yaitu kemampuan yang diharapkan
dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Komponen ini terdiri atas kata
kerja yang menunjukkan kemampuan yang harus ditampilkan siswa dan materi yang
dipelajari siswa. Kemampuan tersebut dinyatakan dalam bentuk kata kerja
operasional seperti menjelaskan, memberi, contoh, menyusun, membuat,
merakit,menunjukkan, mengenal dan sebagainya. Contohnya: membuat larutan
oralit, menunjukkan letak ibukota propinsi dan sebagainya.
6.
Condition =
C
Yaitu keadaan yang dipersyaratkan
ketika siswa diminta menunjukkan atau mendemonstrasikan perilaku atau kemampuan
yang diharapkan. Contohnya: “diberikan sejumlah data, siswa dapat….”(ini
berarti bahwa pada saat kita meminta siswa menunjukkan kemampuan tersebut kita
harus menyediakan data) atau “dengan menggunakan rumus ABC, siswa
dapat….” (ini berarti siswa dianggap sudah menguasai kemampuan tersebut apabila
siswa melakukannya dengan menggunakan rumus ABC. Apabila tidak menggunakan
rumus ABC berarti siswa belum menguasai tujuan tersebut).
7.
Degree = D
Yaitu tingkat ukuran yag dicapai
untuk menentukan keberhasilan atau penguasaan siswa terhadap tingkah laku
khusus yang ditetapkan. Tingkat keberhasilan ditunjukkan dengan batas minimal
dari penampilan suatu perilaku yang dapat dianggap diterima. Contohnya: “siswa
dapat menjelaskan lima karakteristik pemimpin yang demokratis” (siswa
dianggap belum menguasai tujuan tersebut jika hanya mampu menjelaskan dua atau
tiga karakteristik ersebut) atau “siswa dapat menjelaskan dua alas an
penting transmigrasi” (siswa dianggap belum menguasai tujuan tersebut bila
siswa hanya mampu menjelaskan satu alasan saja).
Menurut Suparman (2004) komponen
dalam TIK yaitu ABCD tidak selau tersusun sebagai ABCD tetapi sering kali CABD
dan biasanya dalam praktek sehari-hari TIK hanya mengandung dua komponen yaitu
A dan B kadang-kadang tiga komponen yaitu A,B, dan D. berikut diberikan contoh
TIK dengan rumusan komponen selengkapnya, yaitu: “Jika diberi kalimat aktif
dalam bahasa Indonesia, mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris semester
III akan dapat menterjemahkannya dalam kalimat fasif bahasa Inggris paling
sedikit 80% benar”. Dari contoh TIK ini komponen tersusun sebagai CABD dimana diberikan
kalimat aktif merupakan komponen Condition, mahasiswa merupakan
komponen Audience, dapat menterjemahkannya merupakan komponen Behavior
dan 80% benar merupakan komponen degree.
Kriteria dalam merumuskan TIK
berdasarkan unsur-unsur/komponen dalam TIK menurut Harjanto (2008) adalah
sebagai berikut: (1) menggunakan kata kerja oprasional (2) berorientasi kepada
peserta didik (3) berbentuk tingkah laku (4) hanya memuat satu perubahan
tingkah laku. Sehingga contoh TIK menurut Agung (2009) “Siswa kelas XI IPA akan
dapat menjelaskan minimal dua aplikasi azas Bernoulli dalam kehidupan
sehari-hari jika diberikan azas Bernoulli,”. Dari TIK ini komponen tersusun
sebagai ABDC dimana sisiwa merupakan komponen Audience, dapat
menjelaskan merupakan komponen Behavior dan minimal dua merupakan
komponen degree dan diberikan merupakan komponen Condition,
Masih menurut Harjanto (2008)
langkah-langkah dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar
adalah: (1) merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar
yang diharapkan (2) merinci tujuan-tujuan instruksional umum menjadi
tujuan-tujuan instruksional khusus (3) memeriksa tujuan-tujuan instruksional
untuk kejelasan dan kesesuaiannya.
Tujuan instruksiunal khusus keberhasilannya dapat diukur,
yang pada umumnya mengandung unsur-unsur berikut:
i. “apa” sebagai hal yang akan dirumuskan dalam pernyataan yang
mengandung perbuatan tentang sesuatu yang dapat diharapkan dari hasil belajar.
ii. “hingga mana” merupakan pernyataan sampai sejauh mana anak
mampu menguasai hal-hal yang diajarkan baik secara kwantitas maupun kwalitas
sehingga dapat diukur atau dinilai.
iii. “siapa” yang dimaksud adalah semua siswa yang terlibat dalam
proses belajar, namun demikian dalam hal tertentu terdapat perbedaan misalnya,
pendidikan jasmani siswa laki-laki akan berbeda tugasnya terhadap siswa
perempuan.
iv. “dalam
kondisi bagaimana” maksudnya dalam hal spesifik dapat dinyatakan untuk diberi
penilaian.[1][1]
C. Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut Jenis Perilaku (internal)
Ilmu psikologi
mengenal pembagian aspek kepribadian atas tiga kategori yaitu aspek kognitif,
aspek afektif dan aspek psikomotorik. Aspek kognitif yang mencakup pengetahuan
serta pemahaman, aspek afektif yang mencakup perasaan, minat, motivasi, sikap
kehendak serta nilai dan aspek psikomotorik yang mencakup pengamatan dan
segala gerak motorik. Dalam kenyataannya dasar pembagian yang demikian kerap
menjadi pedoman dalam menggolongkan segala jenis perilaku. Kegunaan dari suatu
sistem klasifikasi mengenai tujuan instruksional termasuk tujuan intruksional
khusus adalah kita dapat memperoleh gambaran tujuan tujuan instruksional
ditinjau dari segi jenis perilaku yang mungkin dicapai oleh siswa. Menurut
Bloom dan kawan kawan pengklasifikasian jenis perilaku disusun secara hierarkis
sehingga menjadi taraf taraf yang menjadi semakin kompleks
a). Kognitif :
1. Mencakup pengetahuan
ingatan yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan
2. Mencakup pemahaman
untuk menangkap makna dan arti dari bahan yang dipelajari
3. Mencakup kemampuan
menerapkan suatu kaidah atau metode yang baru
4. Mencakup kemampuan
untuk merinci suatu kesatuan
5. Mencakup kemampuan
membentuk suatu kesatuan
6. Mencakup kemampuan
untuk membentuk suatu pendapat
b). Afektif :
1. Mencakup kepekaan akan
adanya suatu perangsang dan kesediaan untuk memperhatikan
2. Mencakup kerelaan
untuk memperhatikan secara aktif
3. Mencakup kemampuan
untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu
4. Mencakup kemampuan
untuk membentuk suatu sistem nilai
5. Mencakup kemampuan
untuk menghayati nilai nilai kehidupan
c). Psikomotorik :
1. Mencakup kemampuan
untuk membedakan ciri ciri fisik
2. Mencakup kemampuan
untuk menempatkan dirinya dalam memulai gerakan
3. Mencakup kemampuan
untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik
4. Mencakup kemampuan
untuk melakukan sesuatu rangkaian gerak gerik dengan lancar
5. Mencakup kemampuan
untuk melaksanakan suatu keterampilandengan lancar, efisien dan tepat
6. Mencakup kemampuan
untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan Pola gerak gerik yang mahir
7. Mencakup kemampuan
untuk melahirkan aneka pola gerak gerik yang baru
C. Klasifikasi Tujuan Instruksional Menurut isi
Dalam suatu TIK
dibedakan dua aspek yaitu aspek perilaku yang dituntut dari siswa dan aspek
terhadap hal apa perilaku itu yang harus dilakukan(isi =content). Untuk
istilah isi kerap digunakan pula istilah materi dan bahan. Istilah isi
menunjukkan pada aspek tertentu dalam tujuan instruksional, terhadap hal apa
siswa harus melakukan ssuatu sesuai jenis perilaku yang dituntut. Istilah
materi / bahan pelajaran menunjuk pada hal hal yang dilakukan selama pengalaman
belajar siswa berlangsung. Klasifikasi tujuan instruksional menurut aspek isi
biasanya dikaitkan dengan struktur yang terdapat dalam cabang cabang ilmu yang
mendasari aneka bidang studi yang di ajarkan di sekolah seperti skema dibawah
ini yang menghubungkan antara tujuan instruksional, aspek isi tujuan
instruksional dan materi / bahan pelajaran.
Tujuan instruksional
|
Isi tujuan instruksional
|
Menyebutkan nama presiden RI
|
Seokarno sebagai presiden pertama republik indonesia
|
Menjelaskan mengapa bahan besi yang dipanaskan
memuai
|
Relasi antara pemanasan dan pemuaian
|
Menunjukkan kerelaan untuk melaporkan secara
obyectif
|
Objektivitas laporan
|
D. Analisis tugas belajar
Dalam menentukan
tujuan instruksional khusus berdasarkan aspek perilaku Gagne menggunakan
pengklasifikasian tugas belajar dan di lengkapi analisis tugas belajar dengan menggjnakan
hirarki dalam belajar yang berupainstructional sequence. Setiap TIK yang
hendak dicapai menuntut prasyaratan kemampuan internal yang harus dimiliki yang
berupa salah satu dari lima hasil belajar (informasi verbal, kemahiran
intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan sikap dan motorik).
Analisis tugas belajar dikemukakan oleh Gagne karena menyangkut penyelidikan
terhadap komponen yang mungkin terdapat dalam tujuan instruksional dalam aspek
jenis perilaku dan dalam aspek isi terutama tentang pemahaman dan pengetahuan.
Unsur pemahaman
menunjukkan pada konsep / dasar dan unsur pengetahuan menunjukkan pada
informasi verbal. Kedua unsur kiranya mutlak diperlukan karena tanpa pemahaman
dan pengetahuan yang memadai sulit memperoleh sikap yang mantap. Hasil
penyelidikan terhadap tujuan instruksional baik dalam aspek jenis perilaku
maupun dalam aspek isi yang menemukan komponen konsep, informasi verbal dan
subsikap nantinya akan sangat berguna dalam perencanaan dan pengelolaan proses
belajar mengajar yang membawa siswa ke hasil yang dituju
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan instruksional merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan dalam
sistem pendidikan, secara nasional tujuan pendidikan tercantum dalam pembukaan
Undang undang dasar 1945 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Gambaran tentang
ciri ciri kedewasaan yang perlu dikembangkan pada anak didik dapat ditemukan
dalam penentuan perumusan mengenai tujuan pendidikan, baik pada taraf nasional
maupun taraf pengelolaan institusi pendidikan. Perumusan suatu tujuan
pendidikan yang menetapkan hasil yang harus diperoleh siswa selama belajar,
dijabarkan atas pengetahuan dan pemahaman, keterampilan, sikap dan nilai yang
telah menjadi milik siswa. Adanya tujuan tertentu memberikan arah pada usaha
para pengelola pendidikan dalam berbagai taraf pelaksanaan. Dengan demikian
usaha mereka menjadi tidak sia sia karena bekerja secara profesional dengan
berpedoman pada patokan yang jelas.
Perumusan
tujuan Instruksional dalam desain pembelajaran merupakan perumusan yang jelas
dimana memuat pernyataan tentang kemampuan dan tingkah laku peserta didik
setelah mengikuti suatu program pengajaran tertentu untuk satu topik atau
subtopik tertentu.
Dalam merumuskan tujuan
instruksional, harus menetapkan jenis hasil belajar yang dapat dibedakan
menjadi tiga domain yaitu domain kognitif, afektif dan psikomotorik.
Tujuan instruksional ini dapat
dibedakan menjadi tujuan instruksional umum (TIU) dan tujuan instruksional
khusus (TIK).
Dalam merumuskan tujuan
instruksional khusus hendaknya harus mencakup unsur-unsur/komponen yang dikenal
dengan singkatan ABCD (Audience, Behavior, Condition, Degree).
Langkah-langkah
dalam merumuskan tujuan instruksional secara garis besar adalah:
(1)
merumuskan tujuan instruksional umum yang merupakan hasil belajar yang
diharapkan
(2) merinci
tujuan-tujuan instruksional umum menjadi tujuan-tujuan instruksional khusus
(3)
memeriksa tujuan-tujuan instruksional untuk kejelasan dan kesesuaiannya
Setiap TIK yang hendak dicapai menuntut prasyaratan kemampuan internal yang
harus dimiliki yang berupa salah satu dari lima hasil belajar (informasi
verbal, kemahiran intelektual, pengaturan kegiatan kognitif, keterampilan sikap
dan motorik). Analisis tugas belajar dikemukakan oleh Gagne karena menyangkut
penyelidikan terhadap komponen yang mungkin terdapat dalam tujuan instruksional
dalam aspek jenis perilaku dan dalam aspek isi terutama tentang pemahaman dan
pengetahuan. Unsur pemahaman menunjukkan pada konsep / dasar dan unsur pengetahuan
menunjukkan pada informasi verbal. Kedua unsur kiranya mutlak diperlukan karena
tanpa pemahaman dan pengetahuan yang memadai sulit memperoleh sikap yang
mantap.
B. Saran
Demikinlah yang dapat pemakalah
susun semoga dapat memberi manfaat khususnya bagi pemakalah, umumnya bagi
teman-teman sekalian. Pemakalah mengharapkan kritik dan saran yang sekiranya
bisa membangun bagi kami, baik dalam segi penulisan maupun isi. Pemakalah
adalah manusia biasa yang tidak lepas dari kekurangan, maka dari itu Pemakalah
mohon maaf yang sebesar besarnya
Daftar Pustaka
Bloom,B. Human Characteristic
and school Learning, Mcgraw-Hill,New York,1976
Gagne, Robert,M. The
Conditions of Learning, Holt, Rinehart and Winston, New York, 1977
Harjanto. Perencanaan Pengajaran, PT. Asdi Mahasatya, jakarta, 1997
Rochman,N.Psikologi Kepribadian,
CV Mutiara, Jakarta, 1979
Rustiah, NK., Masalah
Pengajaran Sebagai Satu Sistem, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1994
Siswojo.Belajar Tuntas ( Mastery
Learning), Erlangga, jakarta, 1981
Winkel, W.S. “Psikologi
Pembelajaran”, Media Abadi, Cetakan Ke IX, Tahun 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar